Senin, 22 Desember 2014

Cerita si Lembah Angin (Fanfiction dari Pendekar Tongkat Emas)

Warning : Layaknya The Raid yang filmnya memang bagus banget. Gak tahan aja buat bikin versi parodi filmnya itu. Hati-hati spoiler buat yang belom nonton. Setiap film itu sempurna....makanya kita perlu sedikit bercanda ^^

Namaku Lembah Angin. Aku murid paling bontot dari Guru Cempaka, pendekar yang suka masuk angin. Gara-gara penyakitnya itu, Guru Cempaka tak bisa lepas dariku. Sebab aku mewarisi ilmu pengobatan dari ayahku yang sangat sakti, yaitu Pendekar Tolak Angin.

pic cr to : kapanlagi,com


Sudah bertahun-tahun aku belajar sekaligus diurus oleh Guru Cempaka di padepokan silatnya yang terkemuka, yakni Padepokan Pendekar Tongkat Emas. Padepokan yang aku yakin begitu masuk abad 21 nanti bakal berganti nama jadi Padepokan Tongsis Emas.

Pendekar di zaman kami terkenal hobi saling membunuh untuk diakui eksistensinya. Jargon hidup mereka adalah : dibunuh atau membunuh. Kalau nanti jadi Padepokan Tongsis Emas, mungkin akan agak beda. Pendekar yang paling eksis adalah pendekar dengan paling banyak di tag di facebook, instagram, maupun path. Jargon hidupnya : difoto…..atau...cari celah biar bisa kepoto. (pokoknya mesti eksis!)

Selain aku, Guru Cempaka memiliki tiga murid lainnya. Kami semua bernasib sama, yatim piatu karena orang tua kami dibunuh oleh Guru Cempaka demi eksistensi tadi.
Murid paling tua adalah Biru. Nama lengkapnya : Tenda Biru Bin Janur Kuning. (Ini pendekar apa panitia kawinan ??!!)

Dia satu-satunya murid lelaki di perguruan dan paling jago. Pepatah “Guru Kencing Berdiri, Murid Kencing Berlari” tak bisa berlaku baginya..sebab guru kami kencingnya jongkok. Kan…perempuan. 

Akibatnya, Biru pun harus kencing dengan jongkok. Begitu juga buang air besar. Sebab kami memegang prinsip : pipis sama rendah, boker sama aja.
Itulah akibatnya Biru tak bisa lebih sakti dari Guru Cempaka.

Murid kedua adalah Gerhana. Anak dari pendekar Golok Wangi dan ibu bernama Pisau Dapur. Mereka adalah pendekar sakti dari perguruan Senjata Tajam.
Dulu, Gerhana memiliki kakak laki-laki yang bernama Kapak Merah.  Tapi Kapak Merah menjadi buron polisi karena hobi merampok di jalan raya. Akibat ulah kakaknya itu, perguruan senjata tajam jadi tercemar. Sang Ibu pun meruwat nama anak keduanya agar tak berbau senjata tajam…menjadi Gerhana. Yang sebenernya itu singkatan juga dari “Gergaji Hanyalah Nama”….Gerhana.

Murid ketiga adalah Merah Dara. Dia diurus oleh Guru Cempaka karena kasihan. Soalnya sejak ayahnya dibunuh oleh guru, ibunya sibuk pacaran dengan anggota band.

Merah Dara adalah putri dari Pendekar Putih Tulang. Dara juga punya kakak laki-laki yang bernama Ingus Ijo dan kakak perempuan bernama Pipis Koneng. Namun kedua kakaknya itu tak berniat jadi pendekar. Alih-alih ikut audisi pendekar sakti, kedua orang itu justru bikin grup buat audisi d’terong show.

Jumat, 19 Desember 2014

Sarapan dan Curhat Bareng Raditya Dika

Bukan. Raditya Dika bukan gantiin Mama Dedeh buat isi tausiyah dan dengerin curhat emak-emak saban subuh itu.

Di acara yang ini, kita semua sarapan bareng sambil ngobrol-ngobrol sama Raditya Dika soal dunia tulis menulis dan peluncuran buku barunya yang berjudul : Koala Kumal.

Acara ini sendiri rangkaian dari acara Kumpul PenulisPembaca 2014 oleh Gagas Media Group yang berlangsung tanggal 13 dan 14 Desember kemarin.



Nah, kebetulan dan Alhamdulillah banget, editor gue yang baik hati si Kakak Ry mengundang gue untuk hadir di acara “Breakfast with Author” di Soeryo CafĂ©. Selain ada Raditya Dika (yang emang udah ngetop banget), ada juga si Bene Dion. Penulis buku ‘Ngeri-Ngeri Sedap’ dan Stand Up Comedian itu.

Kalo dilihat di situsnya, acara ini sebenernya pake tiket seharga Rp 200 ribu. Berhubung dapat undangan gratis, tanpa ragu berangkatlah gue ke lokasi untuk mendapat ilmu dari para senior di bidang penulisan komedi ini.

Sampai sana sekitar jam 10, Raditya Dika udah duduk di depan dan berceloteh soal pengalamannya. Jujur gue bukan penggemar berat Raditya Dika (soalnya gue setia banget sama Super Junior  Iwan Fals) , tapi begitu mendengar cerita Bang Radit…rasa kagum gue kepada dia mulai tumbuh. Seiring dengan tumbuhnya rasa lapar di perut gue.

Dulu, gue berpikir mukanya Raditya Dika itu biasa aja. Pas lihat langsung untuk pertama kalinya, ternyata pikiran gue itu bener. Hahaha.

Dia emang biasa saja. Tapi begitu dia bicara, gue baru paham kenapa karya dia bisa laris manis dan digandrungi banyak orang.

Soalnya, dia emang seperti orang kebanyakan. Seperti temen-temen kita yang kalo lagi kumpul sukanya celain orang atau malah jadi bahan celaan. Seperti temen yang kalo dia gak datang, acara kumpul-kumpul jadi kurang riuh. Layaknya temen yang bisa diajak gila bareng dan sering ketimpa apes. Dia itu dekat.

Raditya Dika emang dekat, tapi gue lebih dekat ke piring-sendok-dan makanan


Lebih menarik lagi karena gue bisa melihat langsung bagaimana seseorang berkarya sesuai passionnya. Begitulah Raditya Dika…aura positifnya terpancar..sepaket sama aura apesnya.
Pasti kalian berpikir, apa sih ilmu yang bisa dipetik dari penulis komedi ? Mereka kan kerjaannya bercanda doang, kayak gak pernah mikir serius gitu.

Eits, jangan salah. Biarpun cuma satu jam setengah bersama Raditya Dika, ternyata percaya atau gak percaya dia banyak kasih inspirasi ke kita-kita.

Lalu dia bilang, “Lingkaran inspirasi itu gak pernah putus.”

Selasa, 09 Desember 2014

Review Buku : Attachments (By Rainbow Rowell)

“Do you believe in love at first sight?" she asked

He made himself look at her face, at her wide-open eyes and earnest forehead. At her unbearably sweet mouth.

"I don't know," he said. "Do you believe in love before that?”




Rainbow Rowell punya ciri khas dalam setiap karyanya : “manis”

“Manis”-nya itu seperti puding coklat dengan siraman sesendok fla vanilla. Pas dan ngangenin. 

Itulah yang saya rasakan setiap membaca buku karya Rainbow Rowell. Sejak baca “Eleanor dan Park”, saya sudah bersumpah tidak akan melewatkan karya-karya dia berikutnya. (lebay yes).

Cerita yang Rowell sajikan sebenarnya sederhana, namun menyihir. Ya seperti puding coklat, yang sekenyang apapun dan penuhnya perut sehabis menyantap nasi padang, jika ditawarkan puding untuk menutup hidangan …pasti sulit untuk ditolak.

Nah, tahu-tahu saat jalan-jalan ganjen di toko buku…saya ngelihat karya baru pengarang favorit saya ini. Judulnya “Attachments”.

Sinopsis di balik buku tertulis, buku ini bercerita soal kehidupan seorang pegawai IT yang diam-diam jatuh hati pada salah satu jurnalis wanita. Mereka bekerja di satu kantor, sebuah harian lokal. Dia jatuh hati lantaran kerjaannya ‘memaksa’ dia untuk mengintip email-email pribadi pegawai kantor tersebut.

Beth, nama si Jurnalis Wanita. Sehari-hari menulis untuk kolom review film di harian itu. Ia juga intens berkomunikasi dengan sahabatnya,  Jennifer, seorang copy editor yang tengah menyiapkan diri untuk bisa menjadi ibu. Mereka berkomunikasi di sela-sela jam kerja dengan menggunakan email kantor. Bergosip macam-macam;  kehidupan percintaan, berburu diskonan, pekerjaan, keluh kesah soal kantor, dan sebagainya yang sangat khas perempuan.

Lincoln, nama si pegawai IT, semula hanya iseng memantau dan membaca percakapan kedua sahabat gengges itu. Sekedar mengisi waktunya yang sangat luang kala harus berjaga malam. Percakapan Beth dan Jennifer selalu masuk folder ‘flag’ Lincoln, karena penyalahgunaan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi.

Semestinya Lincoln memberi mereka peringatan, tapi tidak dilakukan. Ia terlalu asik membaca dan menyimak kisah mereka. Terutama gaya bercerita Beth. Ia suka diksi-diksi yang digunakan oleh Beth dalam menulis surat. Ia takjub dengan sudut pandang Beth dalam melihat sesuatu. Ia kagum dengan selera humor Beth yang menggambarkan kecerdasannya.

Ia jatuh cinta pada Beth. Meski belum bertemu dengannya.

Ah!

Jumat, 28 November 2014

Komisi

Seporsi salmon panggang dan kentang tumbuk yang hambar sebenarnya cukup untuk mengisi perut ini. Tapi, irisan pizza yang kadung disodorkan oleh si Bapak, tak mungkin saya tolak.

Bapak itu asyik bercerita, sementara saya sibuk memotong irisan pizza dan menyeruput jus yang katanya alami.

Ceritanya panjang lebar, sepanjang karirnya dan selebar pengetahuannya. Sambil makan, saya terus mendengarkan. Ia tahu banyak soal seluk beluk dunia yang konon banyak mafianya. Tapi ia juga banyak tidak tahu, karena si mafia-mafia itu bekerja begitu rapi dan tertutup. Sehingga hasilnya seperti kentut, ada bau tapi tak ada wujud.

Karir yang begitu lama, pastilah ingin suatu saat ada di posisi puncak. Posisi yang prestisius, yang bisa membuat namanya muncul di koran. Dikutip sebagai pejabat publik, punya peranan penting dalam membuat kebijakan.

Si Bapak sebenarnya sadar, keinginannya itu bukan tak ada harga. Jabatan di negeri ini laksana jodoh yang hendak dipinang. Ada mahar yang harus diberi, sebelum bisa dinikmati.

“Saya tahu saya tidak akan lolos, tapi saya coba saja. Penasaran,” kata dia.

Senyum saya pun mengembang. Penasaran yang saya tahu enak untuk dilanjutkan hanya ‘Penasaran’ milik Bang Haji Rhoma. Penasaran yang lain kalau dilanjutkan, buntutnya pasti tidak enak. Apalagi penasaran di wilayah begitu.

Benar saja, buntutnya bukan cuma tidak enak. Menurut si Bapak, buntutnya itu sudah gak enak, harganya mahal pula. Tak masuk akal.

Kebetulan jabatan yang dia incar perlu yang namanya restu dari gerombolan senayan. Ia bersaing dengan beberapa kandidat, menyiapkan bahan presentasai , menjawab pertanyaan, hingga sedia mahar. Semua ia lakoni supaya bisa lolos seleksi.

Tahap awal dilalui dengan lancar, namanya masuk ke dalam sekian besar. Saya lupa. Kalau tidak ada halangan, esok hari akan diumumkan siapa yang lolos dan layak duduk di kursi tersebut.

Malam sebelum pengumuman, ia dipanggil. Menghadap ketua gerombolan, yang katanya pimpinan geng dari kubu berkuasa. Waktu itu.

“Saya diminta setor dua puluh lima juta,” sebut si Bapak.

“Dua puluh lima juta dolar ?” pikir saya, wah mahal sekali kalau begitu. Padahal itu jabatan yang menurut saya…tidak ada kerjaannya.

“Bukan, Rp 25 juta,” jawabnya.

Lah, ini kecil sekali. Apa saking tidak pentingnya ini badan. Masa iya harganya cuma segitu. Mahal bingung, terlalu murah juga bingung.

Tampaknya si Bapak tahu saya kebingungan, soalnya kalau lagi bingung saya nambah porsi makan.
“Rp 25 juta per orang,” tambahnya.

Alamak! Gerombolan itu jumlahnya berkodi-kodi. Kalau seorang dapat segitu dari satu calon, gila benar uang yang ditransaksikan di sana.

Saya pun bertanya lagi. “Itu untuk semuanya ? Semuanya tanpa kecuali ? ”

Harus saya tanya begitu. Soalnya suka banyak yang mengaku-ngaku bersih kalau sudah duduk di sana. 

Si Bapak mengangguk. Yang kaya begini, kata dia, bukan urusan cere-cere semacam staf. Kalau sudah begini, si tuan-tuan yang maju sendiri.

Dia masih lanjut cerita, cerita soal tarif yang tak pasti. Sebab rekan yang turut melamar posisi serupa, kena tarif lebih tinggi. Konon rekannya itu punya peluang tinggi untuk lolos.

Gerombolan yang dulu sih sudah pergi, sekarang sudah ganti gerombolan baru. Tapi tampaknya cuma ganti baju. Dalamnya masih sama.

Lalu saya mencari apa istilah lain yang bisa digunakan untuk menikmati uang selain dari gaji. Jawabannya adalah komisi. Mungkin itu sebabnya juga mereka dinamakan komisi, supaya segala sesuatu yang mereka harus kerjakan atau setujui bisa memberi mereka masukan tambahan selain dari gaji mereka.

Saya menatap nasi padang berhias tunjang di hadapan saya. Kembali ke kenyataan.

Semoga salmon panggang dan segala ceritanya tadi hanya mimpi.


Semoga itu bukan di negeri ini.

Rabu, 12 November 2014

Interstellar : Cinta Lima Dimensi, Galau Lintas Galaksi

Warning : spoiler abis, kalo belom nonton disarankan jangan baca. Tapi kalo tetep penasaran, gue udah ingetin loh ya….

Kicauan, review, serta komentar orang-orang di sosial media soal film garapan Christopher Nolan dalam beberapa hari ini ternyata ampuh membuat kami penasaran.

Tanpa rencana apapun dan dalam kondisi lazimnya para karyawan di tengah bulan (baca : bokek) , gue dan Rangga berhasil membujuk Ayu untuk menggesek kartu kreditnya dan nonton bareng film Hollywood yang bertema masa depan ini.

Demi menonton film yang kata orang-orang ;  luar biasa, dahsyat, mengagumkan, mengharu biru, penuh pesan tersirat, dan segala pujian lainnya itu…kami bertiga sampai lari-lari dari Grand Indonesia ke Plaza Indonesia sekitar jam 19.07 demi mengejar jam tayang sesi 19.15 waktu setempat. Drama abis.

Yah kan namanya mendadak, terus kami gak mau nonton terlalu larut. Gak baik perawan pulang malam-malam kata orang tua (sok iye). Kecuali Rangga ya, soalnya dia bukan perawan. Dia perjaka.
Sampai sana, ternyata jam 19.15 sudah habis tiket. Tayang lagi jam 20.15, akhirnya kami sepakat nonton jam segitu dan menyesal…..ngapain tadi mesti lari-larian dari GI segala kalo nontonnya masih lama. Namanya juga geng gak jelas.

pic cr to hollywoodreporter.com

Film diputar selama kurang lebih 3 jam, gak kalah ama film India. Bedanya, kalau dalam Film India banyak adegan sedih berlatar belakang hujan air, di Interstellar latar belakangnya hujan debu. Anti mainstream abis. Sayang lagu “Suci Dalam Debu” gak kepilih buat jadi sontrek nih film.

Usai film diputar, kami lelah. Sepanjang film bermain, kami pusing. Tenang, itu bukan karena salah filmnya. Kesalahan lebih kepada kapasitas otak kami yang gak bisa diajak mikir di luar jam kerja dan kondisi hati yang hobi nyama-nyamain setiap adegan dengan nasib diri sendiri.

Alhasil, sejak film mulai tayang sampai akhir, kami gak berhenti ngoceh, ngikik, dan komentar sana-sini. Gagal sedih dan terharu seperti yang orang-orang rasakan. Makanya, banyak yang gak kuat nonton bareng sama kami. Takut gagal paham atas pesan yang coba disampaikan film sesungguhnya (dan khawatir yang terngiang-ngiang justru komentar gak jelas dari bibir kami).

Nah, begini kira-kira interpretasi, komentar, dan reaksi kami terhadap film Interstellar :

Senin, 27 Oktober 2014

Cerita Tentang Susi


Nama Susi menjadi tren sekitar tahun 80-90 an. Hampir dua dari enam orang yang saya kenal waktu itu, kayaknya bernama Susi. Kesannya ngarang ya ? tapi enggak kok.

Temen SD sebangku saya namanya Susi, guru kelas 4 SD saya namanya juga Susi. Bahkan atlet badminton yang berhasil menggondol emas olimpiade waktu itu pun, namanya Susi.

Masuk 2000-an, kalau masih ada orang tua kasih nama Susi pada anaknya pasti diketawain. Kesannya kok ndeso banget. Susi tak lagi jadi nama orang kota. Susi itu nama orang desa yang ingin kekota-kotaan. Soalnya nama orang kota saat itu sudah berbau kebarat-baratan, ketimur-timuran, wis pokoke gitu lah.

Sekarang, nama Susi lagi hangat diperbincangkan. Gara-garanya Susi sekarang jadi menteri. Menteri Perikanan dan Kelautan di Kabinet Kerja ala Pak Jokowi.

Orang ramai ngomongin Susi gara-gara latar belakangnya ; tidak tamat sekolah, punya tato, hobi ngerokok, dan hal lain-lain soal urusan personalnya.

Bu Susi memang benar punya tato di kakinya. Saya sendiri pernah lihat tato itu waktu ketemu dengan dia di rumahnya yang ada di Pangandaran sekitar 3 tahun lalu. Sampe sekarang aja saya masih gak nyangka, perempuan yang saya temui waktu itu sekarang bisa jadi menteri. Gayanya juga masih begitu-begitu aja dari dulu. Serampangan.

Saya ketemu dia gara-gara waktu itu ada pesawatnya yang jatuh di Papua. Menuruti perintah kantor, akhirnya saya harus berangkat dan ketemu beliau di rumahnya.  Saya sih oke-oke aja, toh Pangandaran masih deket jaraknya.

Kaget juga pas lihat undangan mesti kumpul di Bandara Halim Perdana Kusuma. Setelah diusut ternyata bener dong, saya ke Pangandaran mesti naik pesawat yang tipe dan jenisnya persis sama yang mengalami kecelakaan di Papua, sehari sebelumnya. Waduh.

Waktu saya minta ke humas pakai jalur darat aja, si humas menjawab dengan enteng. “Gak bisa, Mbak. Ini biar sekalian buktiin bahwa pesawat kita aman.”

Situ aman, sini deg-degan.

Pengalaman pertama naik Susi Air..ini sih pas pulang, udah gak pucet lagi hehe

Minggu, 12 Oktober 2014

Pak Boed Terbahak-Bahak

Kalau ada penghargaan pejabat yang paling kalem, saya berani bertaruh Pak Boediono adalah pemenangnya.

Orangnya memang begitu, kalem. Tapi sekali dia bicara langsung nge-‘lead’. Istilah kami, para pewarta, untuk omongan yang mempunyai bobot berita. Tidak seperti si RI 1 yang ‘lead’nya mesti dicari, karena dia hobi bicara memutar. Pak Boed itu bicara langsung ke isinya. Ke kontennya, meminjam istilah seorang kawan di facebook.

Saya beberapa kali bertemu Pak Boed, tentu untuk urusan pekerjaan. Bukan bertemu juga sih, tepatnya mungkin mengejar. Pertama kali di acara asosiasi pengusaha migas asing, terakhir kali di sidang tipikor saat beliau dipanggil sebagai saksi.

Tenang. Saya tidak akan menulis untuk membela Pak Boed ataupun menyudutkannya untuk kasus tertentu. Soal begitu-begitu kalian baca dan cari di media saja. Di sini, saya hanya mau menulis apa yang tidak ada di berita.

Foto terakhir bersama Pak Boed sebagai Wakil Presiden ^^

Jumat, 10 Oktober 2014

Mercy Hitam

Sepanjang jalan si bapak mengoceh. Sebagian isinya istilah teknis yang tidak saya kenal. Kadang saya mengangguk dan mengiyakan, sebagai tanda saya masih mendengarkan. Atau sekedar tanda sopan santun saja. Tidak ada orang bicara tapi tidak ingin didengar. Apalagi oleh orang yang sedang numpang di dalam mobilnya. Seperti saya.

Bapak itu bicara lagi, kali ini benar-benar soal masalah yang tidak saya ketahui. Belum saya kuasai tepatnya. Tapi saya tetap menunjukkan mimik serius, peduli setan meski saya tak mengerti omongannya. Yang penting semua sudah direkam, masalah paham urusan belakangan.

Saya bertanya macam-macam, menggali informasi sebanyak mungkin. Kadang jawabannya melebar, sampai perlu saya ulang pertanyaan. Kalau sudah kepepet dan sedang tega, biasanya saya potong di tengah-tengah. Tapi tidak untuk hari ini, saya lagi baik hati.

Di mercy hitam itu, si bapak tidak hanya menjawab pertanyaan. Dia juga bercerita. Tentang film, tentang masalah negara ini, tentang banyak hal yang harus dibenahi, tentang suramnya sektor yang ia geluti.

“Blood Diamond. Kamu sudah pernah nonton filmnya ?” Tanya si bapak.

Saya jawab, belum.

Kamis, 02 Oktober 2014

Parade Kebaya di Pelantikan DPR

Beberapa jam sebelum Ceu Popong kehilangan palu dan anggota dewan rusuh, gedung dewan sudah gonjang-ganjing karena para penghuni barunya.

Bukan karena rapat, siasat buat memperebutkan kursi pimpinan, bukan. Tapi karena penampilan perdana para anggota dewan, terutama para selebrita dan perempuan, sebelum pelantikan.

Bak ajang penghargaan film, semua kamera menyorot pakaian-pakaian para anggota dewan saat itu. Rancangan siapa ? Berapa harganya ? Bagaimana modenya ? Coco atau tidak ? Warnanya sesuai kah ?

Pastinya, busana yang desye-desye kenakan juga jadi bahan omongan sama perempuan-perempuan jelataaaa macam gue dan kawan-kawan. Penasaran aja, gimana sih para wakil rakyat kita menampilkan dirinya ? Gak pelu mahal, tapi yang penting enak dilihat.

Hasilnyaaaaa……jeng-jeng, tampilan perdana para wakil rakyat dari gender kitah ini sangat menakzubkan! Ada yang anggun, ada yang kalem, ada yang wah, ada yang gonjrenggg….ada juga yang….udah lah ya.

Sebenernya gak cuma yang wakil rakyat sih, beberapa seleb perempuan yang kebetulan hadir juga ga lepas dari pantauan kita…terutama Ashanty dan Loli…. Yah, maklum Pipi-nya Loli kan sekarang udah jadi anggota DPR.

Berikut adalah kebaya dan para seleb-seleb perempuan yang bakal kita bahas.

Menurut gue, kebaya dan penampilan paling ciamik di pelantikan DPR kali ini dipersembahkan oleh putri dari Hashim Djojohadikusumo : Rahayu Saraswati

pic cr to instagram Rahayu



Warna kebayanya kalem dan cocok sama kulitnya, kainnya juga pas. Clutchnya dan hiasan anting mutiaranya pilihan yang tepat. Bros di tengah kebaya menambah aksen anggun tanpa harus terlihat tampil terlalu mewah. Tatanan rambut klasik gak menghapus kesan modern dari penampilan Saras. From head to toe, it was perfect!

Peringkat berikutnya diisi oleh Desy Ratnasari dan Rieke Diah Pitaloka.

Pic cr to Bintang Online (btw ini kalo ga pake blitz sebenernya warna kebayanya ga seterang ini loh)

Yuk bahas dari Si Oneng dulu.
Awalnya gue gak paham kenapa Si Oneng ini berani bener pake warna merah—merah banget. Belakangan baru tahu, memang ada instruksi dari PDI – Perjuangan menggunakan pakaian berwarna merah hitam sebagai dress code. Duileee…
Tapi pilihan kebaya Rieke ini menarik, mengingatkan gue akan bangkitnya Nyai Dasima…… eh Nyai Dasima itu cantik ya..FYI.

Kebaya lengan separuh itu , beda dan gak ada yang nyamain. Dalaman berupa bustier hitam, membuat bordiran di kebaya tergambar indah. Kainnya, nah ini yang menarik….ada yang sadar ada dua ayam jago di kain yang dipake Rieke. Mungkin tadinya dia mau cari gambar banteng, tapi gak dapet..lagian kalo pake banteng , entar kebayanya diseruduk mulu ama tuh banteng.

Kalung dan anting emas, menambah hidup kesan klasiknya. Rieke bener-bener membangkitkan semangat Nyai Dasima di DPR….hajar itu semua kompenih!!
Kalau boleh gue simpulkan, pakaian yang dipake oleh Rieke ini sudah sangat mencerminkan karakternya. Sophisticated!

Teteh Desy…
Pic cr to Bintang Online

aduh si teteh anggun pisan. Pilihan gamis kebaya berwarna ungu muda dengan motif kembang  udah cocok banget dipake sama pelantun tembang Tenda Biru ini. Kebayanya pun agak longgar, jadi ga ngetat dan tetap sopan. Kain dan clutch-nya pun oke.

Tapi, dalemannya juga bermotif serupa..bahkan sampe ke ciput-ciputnya pun ikut dibordir. Jadi si Teteh cuman pake kerudung warna polos dan berhias sedikit manik-manik dan bordiran yang kesannya cuma ditempel dan digerai begitu aja. Sayang banget. Warnanya jadi terlalu seragam untuk bagian atas, sampe-sampe bros yang ada di tengah baju pun jadi kurang menonjol. Eh itu entah bros, kalung, atau emang tempelan dari sononya sih…tapi itu penuh warna dan jadi gak keluar warnanya.
Tenang Teh, secara keseluruhan….kamu tetap anggun! We like it!

Rachel Maryam……

Pc cr to Bintang Online

cantik dan imut. Gue suka pilihan warna kerudungnya dan riasan wajahnya . Cara menghias kerudungnya juga oke. Warna kainnya yang cerah juga menarik. Kebaya putih sebenarnya udah pas buat mengimbangi warna kainnya, bordiran dan hiasannya juga membuat penampilannya lebih dari sekedar sederhana.
Tapiiiii…..potongan lengannya itu loh, itu kan gaya 2008-an banget. Mending pake yang ¾ terus pakein manset dan tambah hiasan gelang biar lebih anggun. Dan jujur, gara-gara masalah lengan…hilang deh kesan anggunnya, itu jadi kaya busana mau nemenin kakak wisudaan.

Venna Melinda!!

Pic cr to Kompas

Duh, tante yang satu ini mungkin lupa pernah jadi None Betawi dan Putri Indonesia …dua puluh tahun lalu. Atau, mungkin doi stuck di mode era 90 dan 2000-an yak. Soalnya, setelah sekian lama….baru kali ini lagi gue lihat orang pake beludru buat jadi kebaya. Beludruuuu~~~~~~

Dia bilang sih biru itu emang dress code-nya partai di pelantikan. Okay, that I can accepted…tapi partainya gak minta pake PINK buat kainnya kan ? dan beige buat jadi selendang ? tabrakan warna yang luar biasa.

Oke lah, anggap pink-nya gak masalah (kalo menurut gue sih masalah)…tapi belahan kainnya ? emm...mungkin Ceu Popong bisa kasih solusi.

Tapi itu semua gue maafkan demi tas Louis Vuitton warna pink yang dia tenteng….its cute. I want it!!! (and I want your son!!)

Titi Prabowo

Pic cr to Detik

Setelah digosipkan bakal rujuk sama mantan suami karena soal politik……gue pikir ibu kita ini akan mengurung diri di dalam rumah karena kembali kena harapan palsu dari laki-laki yang sama.
Ternyata enggak, dia balik ke pentas politik …oh wait, tapi itu kayanya Bu Tien deh. Bener gak sih ? Apa gayanya aja ?

Ohhhh….ternyata itu Bu Titi cuma pake kebaya kaya Bu Tien. Eh bukan ? Jadi Titi Prabowo ke pelantikan DPR mengenakan kebaya Bu Tien…literally pake kebaya milik almarhumah. Gak ada yang salah sih pake kebaya ibu sendiri….tapi kan itu 80’s banget. I loved Bu Tien’s style…tapi itu semua ada masanya. Bu Titi could be better with her own style, I bet.

Ashanty

pic cr to DETIK

Apa karena dia hamil ya jadi kelihatan cantik banget ? Kebayanya pas, kainnya juga lucu kaya kain batik SD gitu tapi warna-warni. Payetnya juga cakep, warna merahnya cocok sama kulitnya. Sayangnyaaa……gaya pakaiannya gak menurun ke anaknya..Loli alias Aurel

Loli aja mau nangis pake bajunya ya ? (pic cr to Bintang Online)

Warna kebaya ama bustiernya Loli gak serasiiii T.T…

Okky Asokawati

pic cr to Detik

Untung ibu satu ini pernah jadi model, jadi pake apa aja cocok. Gue gak berani bayangin kalo baju yang dia pake dipake ama gue. Berasa gerobak sayur lagi jalan-jalan di DPR…ijo benerrrrr
Okky ini negesin apapun busananya….biar dari bungkus lemper juga…selama yang make model (ato bekas model), tetep keliatan okeeeh. Give up gue give up.

Nah…..dua di bawah ini adalah…yang menurut gue sesuatu banget…

Gue ga tahu namanya siapa, tapi…….apa kita hidup di wonderland ? Is She fairy ? Coz I can’t see her ears…I see only flowers…everywhere…

Your body  dress is wonderland



Dan yang paling bawah….

pic cr to @gitaputriid


Kita doain rame-rame ajah, mungkin dia ngefans berat ama Roro Kidul.

Sekian.....

Jumat, 22 Agustus 2014

My First Slumber Party Ever

Sebenernya bukan yang pertama banget sih. Dulu waktu SMA sama Kuliah juga lumayan sering nginep bareng temen-temen cewek, bedanya waktu itu istilah dan tujuannya beda. Sama temen –temen SMA atau kuliah itu biasanya karena ada kerja kelompok, atau mabit (makan, bincang-bincang, tidur), atau ada masalah yang harus kita selesaikan secara personal sebagai sesama perempuan hahaha.

Kali ini spesial, karena banyak hal-hal baru dan beda di dalamya. Teman-teman baru, baru pertama kali sewa apartemen, baru masak sendiri, dan pas ulang tahun.

Peserta pestanya adalah Geng Perawan Tunggal Ika, iyaaa itu loh geng yang kebentuk gara-gara sama-sama suka Kpop dan isinya kebetulan perawan single semua.

Persiapannya hampir sebulan, kita sengaja pengen ngegelar pesta ini buat kumpul bareng dan berbagi cerita untuk makin mengikat silaturahmi. Rencananya akan kita isi sama fashion parade, marathon nonton drama bareng, dan sesi curhat. Tapi semua rencana tidak berjalan lancar! Haha.

Sewaktu awal rencana, kami juga berjanji bahwa selama nginep tidak ada yang namanya makan di mal/restoran/pesan delivery dan penanggung jawab untuk belanja konsumsi selama menginap pun kami serahkan pada kawan yang berparas paling Timur Tengah. Tapi, seperti diduga, satu hari jelang hari H……doi lupa.

 Walhasil…semua repot belanja buat persiapan konsumsi..dan walhasil lagi, makanannya jadi sangat berlebihan. Alhamdulillah, nginep sehari kayak mau arisan seminggu.

Bahan makanan yang sangat-sangat-sangat-berlebihan


Gue dan Ayu didaulat untuk belanja bahan makanan sebagian. Niatnya makanan sederhana yang tinggal goreng atau tumis gitu, macam sosis, nugget, tahu, tempe. Udah lengkap bahan buat digorengnya, tapi kita lupa beli minyak gorengnya. LAHHHH!! Masak pakai apa ? (Makanya jangan suruh Dumb and Dumber belanja sembako).

Selasa, 05 Agustus 2014

Tes Kulit Wajah dengan Magic Ring SKII

Dear all,
Lama gak update ini blog, kali ini saya mau bahas soal tes Magic Ring dengan SKII yang fenomenal itu.
Well, seperti kalian tahu, kulit saya ini super duper bermasalah. Berminyak, sensitif, sehingga gampang break out. Masalah-masalah di kulit wajah itu muncul pastinya karena gaya hidup dan rutinitas saya yang serba ngaco. Lebih banyak di jalanan, makan sembarangan, jarang olahraga , dan pola tidur yang berantakan. I can’t control that.

Supaya gak semakin parah break out di wajahnya, akhirnya saya super duper hati-hati dalam hal perawatan kulit wajah. Salah produk dikit langsung jerawat menyerang, jadi mesti cari produk-produk yang bener-bener paten dan aman. Soalnya agak susah mengubah gaya hidup, well….malas aja kayaknya hehe.

Dulu saya sempet pake SKII Facial Treatment Essence atau yang dikenal dengan produk miracle water by SKII. Itu saya pake waktu kulit wajah saya lagi sangat-sangat parah seperti yang saya posting di sini :

Nah, karena itu produk mahalnya minta ampun… begitu kulit mulai pulih, saya akhirnya coba produk serupa dari Korea yaitu Missha Time Revolution (yang modelnya boyband DBSK…hahaha beli Cuma gara2 boyben). Selama 6 bulan saya pakai produk ini. Memang sih rasanya gak sedahsyat dan seefektif pakai SK II,  tapi kulit tetep moisturized dan noda di wajah juga perlahan hilang. Meskipun itu take months to see the result

Habis kulit saya sembuh waktu itu, saya nakal lagi dan sombong soalnya…jajal-jajal sana sini, jajan sembarangan lagi. Maklum cewek. Eh, kulit pun kembali break out. Tadinya sih tetep selow dengan perawatan biasa, tapi kok ga sembuh-sembuh. Gak makin parah, tapi ga berkurang juga. Ada dorongan mau pake SK II lagi tapi nanggung habisin Missha dulu.
Akhirnya sekitar dua bulan lalu, saya ke gerai SK II di Grand Indonesia. Nah, iseng-iseng coba Magic Ring testnya.

Kalo mau tes magic ring ini gratis kok, cukup sambangi counter SK II di mal terdekat aja. Sebelum tes, pastikan kulit udah bersih dari kosmetik dulu ya. Alat magic ring ini akan mengidentifikasi masalah kulit secara 5 dimensi gitu. Bekerja seperti alat scan, begitu ditempelkan di pipi, alat ini akan menganalisis 5 masalah penting di kulit wajah kita yaitu ; Texture Refinement, Radiance Enhancement, Spot Control, Wrinkle Resilience & Firmness Power. Lewat Magic Ring Analysis ini kita bisa mengetahui apa yang harus diperbaiki dari kulit wajah kita.

ini alat magic ring-nya, pic cre to google images hehe

Waktu tes pertama, hasilnya jelek bangetttt… Total scorenya Cuma 46 persen, jauh di bawah standar kulit sehat yang minimal harusnya berada di kisaran 50 persen.
Kalau angka persenan mungkin agak bingung kali ya, agak bikin shock pas liat ukuran umur ini. Secara umum kondisi kulit wajah saya sih sesuai ama umur (padahal belom 28 pas huhu). Paling gembira lihat teksturnya, seperti 23 tahun…hahaha Missha tidak sia-sia. Tapi, hasil lainnya cukup bikin memble bingitz dah.




Apalagi masalah kekencangan kulit dan spot controlnya…seperti usia 29 dan 33 tahun. Hiks.
Dua bulan kemudian, setelah pakai produknya saya coba tes lagi dan perbaikan pun mulai terlihat. Alhamdulillah hehe.

Skin Age-nya jadi seperti usia 23 tahun….wow wow wow… kenyel-kenyel gitu hehe. Sisa lainnya seperti kalian lihat sendiri, usia kulitnya lebih muda ketimbang usia sebenarnya. Paling tua 25 tahun..jadi kalo sekarang ada yang nanya berapa usia saya, saya bakal jawab ? 23 Tahun! Huahahahhahahaa… (puas).
Dari segi persentase pun udah naik jadi 52 persen, artinya masih perlu ditingkatkan lagi nih dan ditambah dengan mengatur pola hidup (malasssnyaaaa).




Ini produk kayanya gak ada celanya, kecuali masalah harga. Sebotol SK II FTE dulu harganya Rp 649 ribu untuk ukuran 75 ml, sekarang jadi Rp 689 ribu (nangis …..). Biasanya harga segitu dijual paketan beserta masker dan face lotion samplenya. Mahal banget emang, tapi sebotol itu bisa habis sampai 2 bulan lebih, bahkan 3 bulan (kalo irit banget makenya, kaya sayah ).

Kalo mau coba-coba bisa beli yang ukuran sample aja di toko-toko online, harganya biasanya berkisar Rp 150 sampai Rp 200 ribuan.

Sementara kalau Missha Time Revolution harganya sekitar Rp 450 – 500 ribu untuk botol 150 ml, di sini storenya udah ada di Grand Indonesia dan Gandari City tapi gak tahu harganya jadi berapa..hehe soalnya dulu nitip sama temen yang ke Korea. Bisa untuk pemakaian 6 bulan, karena ini isinya banyak banget…dulu waktu pake ini saya kaya orang lagi wudhu, boros. Hahahahha

Sekarang udah banyak kok produk-produk serupa dengan SK II dengan harga lebih murah, biasanya dari Korea sih. Selain Missha tadi ada Secret Key, Iope, produk Tony Moly dan Innisfree, dan lain-lain.
Reviewnya bisa dilihat di sini :


atau video ulasan tiap produknya di sini :







Minggu, 06 Juli 2014

Tanggapan Debat Pilpres Soal Tambang dan Energi

Okeh  
Setelah bahas dari sisi pertanian 
Sekarang kita coba lihat dan tanggapi statement-statement para kandidat capres dan cawapres dari sektor energy dan pertambangan.

Seperti biasa, perlu diingatkan bahwa tanggapan ini hasil analisa saya dan kawan-kawan yang ngepos di energy, jadi dari berbagai media yaaa..tapi emang ga ada wartawan PKS Piyungan atau VOA Islam sih di pos energi, gak tahu di pos lain ada wartawannya atau gak…eh tapi itu produk jurnalistik bukan sih ? Ya udah lah ya.

Dalam tulisan ini kita bakal jabarin apa yang terjadi sebenarnya, mana yang teori mana yang asal jeplak aja dari debat semalam. Pertama-tama, okelah kita lupakan sejenak soal mafia-mafia migas yang masih meliar itu. Anggap aja kedua kubu ada mafianya…dan kita tahu persis siapa aja mereka dan paling banyak serta biangnya berada di kubu mana, yang akhirnya bikin kita stand on the right side. Gitu.

Mari masuk ke masalah, soal Kedaulatan Energi . Begini rangkumannya :

Hatta :
·         Upaya renegosiasi untuk kemakmuran rakyat baik tambang migas maupun mineral
·         Upaya untuk meningkatkan cadangan dengan eksplorasi
·         Kembangkan sumur-sumur yang tua dengan EOR
·         Diversifikasi dengan naikkan porsi energi baru dan terbarukan dengan feed in tariff, pemberian insentif , dan lainnya.
·         Penghematan energi harus konsisten
·         Dalam tingkatkan eksplorasi, BUMN harus diberi porsi lebih

Jokowi :
·         Energi yang kita miliki sangat melimpah, utamanya gas bumi. Paling utama konversi BBM ke gas dulu.
·         Pembangunan infrastruktur gas mesti fokus, pipa menuju industri dan rumah
·         Penyelarasan dengan penyediaan transportasi publik yang baik untuk kurangi kemacetan dan konsumsi bahan bakar
·         Pengembangan energi baru terbarukan dari tanaman-tanaman seperti cantel
·         Biofuel, insentif jangan hanya untuk BBM tapi juga biofuel

JK : (bertanya pada Hatta)
Mengapa produksi minyak jeblok sampai dengan 800 ribu barel per hari ? Subsidi makin bengkak, apa yang terjadi ?

Hatta :
·         Declining produksi sudah terjadi sejak jaman kita (ciyeeeee), waktu itu 900 ribu barel per hari
·         Sumur2 migas dulu declining rate 12 persen, sekarang turun 3 persen. 2015 awal bakal naik jadi 1 juta barel
·         Proyek 10 ribu MW itu terburu-terburu, tapi listrik kita membaik saat ini sudah mencapai 54 ribu MW
·         Harus diversifikasi energi, insentif ebtke mesti diberikan

Hatta : Renegosiasi dan Renegosiasi Gas Tangguh ke Fujiyan (FYI Gas Tangguh banyak yeee)
Hatta : (bertanya pada JK), Renegosiasi kontrak yang lalu-lalu banyak merugikan setuju tidak untuk investigasi ?

JK : Silahkan saja diusut
Jokowi : Justru perlu diusut, kita tahulah siapa yang bermain di tambang dan kelompok kepentingan di situ. Kalau kelompok itu masih ada dan mengatur, ya sampai kapanpun masih begitu. Koalisi kami tanpa syarat dan tidak terganggu kontrak apapun.

Prabowo : Terima Kasih Pak SBY, Renegosiasi Tangguh berhasil per 1 Juli jadi US$ 12 dolar

Hatta :  Yang penting itu kelompok kepentingan harus terbuka dan jelas akuntabilitasnya (??)

JK : Soal Newmont sudah kami putuskan waktu itu diambil BUMN, tapi justru jadinya ke daerah dan swasta yang gak jelas. Tidak ada yang spesisial dari Tangguh, memang bunyi kontraknya begitu setiap 4 tahun di renegosiasi. Saya 2008 juga ke Cina ketemu Wu Jin Tao untuk renegosiasi. Jadi wajar.

Oke itu rangkuman isinya , mari kita bedah satu-satu…

Pertama-tama saya kecewa ama kedua kandidat karena komitmen mereka yang tinggi terhadap energi tidak disertai dengan pernyataan untuk kembali menaikkan harga BBM di periode mereka nantinya. Padahal, bisa dipastikan kebijakan ini sulit untuk dihindari di periode mereka nantinya.

Cara paling mudah mengetahui mereka memiliki komitmen terhadap sektor energi adalah dengan menaikkan harga, semakin mahal maka beban subsidi yang ditanggung negara akan turun, sekarang aja untuk energi subsidinya mencapai kisaran Rp 246 triliun untuk dibakar oleh mobil-mobil yang bikin macet jalanan.
Dengan fluktuasi harga minyak, pertumbuhan kendaraan bermotor yang tinggi, konsumsinya akan terus melonjak. Emang sih kewajiban negara buat memberi subsidi warganya, tapi ketimbang ratusan triliun dibakar begitu aja lebih baek (ala JK) itu untuk kesehatan, pendidikan, subsidi pangan, dan bangun infrastruktur. Angka segitu, kita bisa bangun infrastruktur untuk menyambung Pulau Jawa dan Sumatra dan meningkatkan aktivitas serta memperluas pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

Lagian ya, diversifikasi energi seperti yang diumbar-umbar para kandidat gak akan bisa jalan selama energy fosil masih diberi harga yang murah.

FYI, saya dan kawan-kawan termasuk orang yang #bikinrame dan ngomporin pemerintah supaya naikkin harga BBM sejak dua tahun lalu karena waktu itu harga minyak lagi tinggi-tingginya. Udah subsidi bengkak, konsumsi makin tinggi…eh duitnya malah dinikmatin oleh mafia migas. Mending naikkin harga dan sisa duit APBN masuk ke negara. Nah, kebijakan ini…kerap kali mentok di Menko (siapa ya?), padahal dari ESDM, Pertamina dll udah teriak-teriak dari dulu.
Jadi ingat, diversifikasi akan percuma….selama Bapak-Bapak masih beri bahan bakar fosil harga murah!

Kedua : Masalah Renegosiasi Tambang dan Migas

Hadooooooooh, panjang ini masalah. Gimana mulainya ya, ehm… Dear Bapak Hatta, sebagai ketua Tim Renegosiasi apakah saat bapak meninggalkan posisi Menko sudah ada kontrak renegosiasi yang diteken ? Yup, jawabnya belum.

Iya, tapi bukan artinya bapak gak kerja, sampe empat tahun loh tim bolak-balik melobi kontraktor tapi kesannya gak gol-gol padahal berkasnya udah di meja Bapak..gimana ya Pak ?
Saya nulis ini sampe 3 kali ganti dirjen, 2 kali ganti menteri, dan ketemu beberapa CEO kontraktornya langsung mulai dari tambang-tambang kecil sampe tambang besar seperti Vale, Newmont sampai dengan Freeport.

Renegosiasi tambang itu amanat undang-undang, ada 6 poin yang ditekankan ; divestasi, jangka waktu, royalti, tingkat komponen dalam negeri, luas wilayah, serta kewajiban pengolahan dan pemurnian (smelter).

Tepat sekali ketika Pak Hatta bilang lebih suka kata renegosiasi ketimbang perpanjangan kontrak, soalnya renegosiasi hanya berlaku sampai jangka waktu kontrak yang sebelumnya disepakati berakhir.( Berarti kontrak-kontrak tahun 90an yang waktu itu diteken oleh Mertuanya Bapak Prabowo, jadi kalau mau diusut kenapa bisa teken kontrak begitu jaman dulu..usut!).

Nah, rata-rata kontrak yang diteken itu akan berakhir di periode 2020an, setelah itu kontrak-kontrak karya itu akan berganti menjadi IUPK (Izin Usaha Pertambangan Khusus). Dengan status baru itu, pemerintah tidak lagi sejajar dengan Freeport CS..tapi jadi di atasnya.

Bicara renegosiasi, salah satu poinnya adalah masalah divestasi . Buat kontraktor-kontraktor itu sebenarnya bukan perkara berat. Vale, Freeport, dan Newmont sudah sepakat untuk divestasi dengan porsi sesuai peraturan. Masalahnya justru di pemerintahnya sendiri, nanti divestasinya untuk apa dan siapa ?

Freeport misalnya , saat ini sebanyak 90,64 persen saham PT Freeport Indonesia dimiliki oleh Freeport McMoran Copper & Golden Inc.  Sedangkan sisanya sebesar 9,36 persen dimiliki oleh pemerintah Indonesia sejak 1967.

Dalam kontrak perpanjangan 1991, Freeport wajib divestasi saham sebesar 9,36 persen dalam 10 tahun pertama sejak 1991. Dan tahap kedua sejak 2001 harusnya Freeport lepas saham sebesar 2 persen setiap tahun hingga 51 persen ke pemerintah.

Divestasi tahap pertama dibeli oleh PT Indocopper, anak usaha Bakrie. Terus , ya namanya juga Bakrie, ini saham dijual lagi dan akhirnya sampe ke tangan Freeport lagi. Haish!

Divestasi tahap dua urung dilaksanakan gara-gara ada PP 20 Tahun 1994 dari Mertua Pak Prabowo yang membolehkan perusahaan asing punya saham 100 persen! See…jadi kalo mao diusut kontrak-kontrak yang merugikan negara..usut!! Tapi hati-hati gagal rujuk nanti Pak Prabowo ama Bu Titik.

Divestasi Newmont ? Aduh sisa 7 persen aja belom tereksekusi sampe sekarang. 24 persen dimiliki oleh Bakrie dan konco-konconya, terus 7 persen ini dengan kedok daerah nantinya bakal lari ke dia juga. Pengalaman di Freeport ga cukup ? Harusnya pemerintah aja yang ambil. Saya ingat bener Pak Agus Marto berjuang sendirian supaya bisa diambil pemerintah, tapi Pak Hatta sebagai Menko justru minta dikasih ke daerah. Hiks L -> USUT!!

Migas, Tangguh ? Seperti kata Pak JK, nothing special…hehehe memang sudah seharusnya di renegosiasi. Kalau waktu itu ga ada Fujiyan yang beli, LNG kita ga ada yang pakai..infrastruktur dalam negeri belum siap. Makanya diantisipasi dalam kontrak tiap 4 tahun sekali direnegosiasi, harganya sekarang baru jadi US$ 8 per MMBTU kok….masih tetep di bawah harga pasar.

Lalu soal kontrak tangguh, jangan lupa kontrak ama BP train 1, train 2 dan train 3. Itu gelar Pak SBY dari Kerajaan Inggris gimana ? Skema kontraknya akhirnya oleh KPK minta diubah, kok gak disinggung yaaa~~

Masalah berikutnya :  Janji 1 Juta Barel Minyak per hari di 2015, tingkatkan cadangan eksplorasi dan EOR!

Dear Pak Hatta, nonsense!!!!

Itu semua sudah dilakukan dan hasilnya nihil, mau diulang Pak janji manisnya bertahun-tahun lalu ? Maaf,  kalo bapak yang mimpin bisa-bisa rencana saya nikah ketunda lagi.

Dalam hal ini Bapak pasti berharap penuh sama Blok Cepu ya yang potensinya bisa mencapai 165 ribu per hari…errrrrrr itu masih tahap EPC sekian-sekian dan perizinan masalahnya ada di Bapak…huhuhu. Lagian Pak, logikanya sekarang aja produksi 800 ribu kurang, dan pasti ada decline rate (okelah 3 persen seperti klaim Bapak), terus tambah Cepu..belom sejuta juga kali Pak.

Bapak sebagai Menko pasti tahu, untuk urus migas ini perizinannya sampe 286 biji! Ini sebenarnya Bapak bisa benahin dan pangkas birokrasinya waktu jadi Menko. Tapi bapak, as usual, do nothing.
Soal menggenjot produksi minyak mau gak mau harus ada eksplorasi baru, kita belum ada sudah bertahun-tahun. EOR dan decline rate turun? Sebentar Pak, ada masukan teknis dari temen saya :

Yang namanya meningkatkan cadangan dengan eksplorasi supaya ke depannya produksi naik itu emang secara teori begitu sih. Cuma masalahnya, tiap kementerian sektor ekonomi aja ga kompak buat itu. Udah tau eksplorasi sulit, tiba-tiba jeder keluar  Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2010 mengenai PBB yang menyatakan perusahaan-perusahaan migas harus membayar PBB dengan memperhitungkan seluruh luas wilyah kerja lepas pantai walaupun belum dimanfaatkan seluruhnya.

Gegara itu, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) akhir Juni 2013 kemarin mengeluarkan tagihan PBB untuk 2012-2013 mencapai total sebesar Rp 2,6 triliun kepada 15 perusahaan hulu migas yang mengoperasikan 20 blok eksplorasi lepas pantai. Besaran PBB setiap blok berkisar Rp 40 miliar hingga Rp 190 miliar. Jumlah ini melebihi anggaran untuk kegiatan ekplorasi di Blok itu sendiri.

Setelah diprotes, Ditjen Pajak menerbitkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-45/PJ/2013 berlaku sejak 1 Januari 2014 yang menyebutkan PBB hanya dikenakan pada wilayah migas yang digarap saja. Ini pun, ternyata masih bermasalah, soalnya perusahaan minyak masih dikenai pajak badan bumi lagi. Cadangan migas aja belum ketemu, udah kena pajak bejibun, ya maklum aja pada males eksplorasi. Anggaran eksplorasi aja Cuma 10-14% dari total investasi. Sinergi antara kementerian dan instansi ekonomi ini iki piye Pak ? Kan Bapak Menkonya…..waktu itu
  
Trus cita-cita produksi 1 juta barel per hari, menurut Inpres 2/2012 ini harusnya terjadi pada 2014 ini. Dalam instruksinya, Presiden memberikan tugas kepada 11 menterinya untuk mendukung pencapaian target. Instruksi juga diberikan kepada Badan Pertanahan Nasional (BPN), BP Migas, gubernur dan bupati/walikota. Kementerian dan instansi diperintah untuk melakukan berbagai upaya dan berkoordinasi sehingga produksi minyak nasional bisa mencapai 1 juta bph pada 2014. Jadi semua pejabat yg tertulis (termasuk Menko) harusnya disebut tidak menjalankan instruksi presiden dong yaa. Habis belom tercapi juga.

Masalah EOR :

 EOR itu biarpun berhasil dilaksanakan (katakanlah dengan sedikit keajaiban) dalam waktu satu dua tahun. Tidak akan bisa berkontribusi secara signifikan pada peningkatan produksi nasional. Bicara soal decline rate, Pak Hatta mengklaim katanya pemerintahan SBY berhasil mengerem dari 12 persen menjadi 3 persen, lah kenapa banyak negara bisa sukses meningkatkan produksi meskipun juga mengalami decline rate? Brazil misalkan, sebentar lagi akan menjadi eksportir minyak lagi karena penemuan yg sangat signifikan beberapa tahun lalu. Kenapa di Indonesia tidak bisa? Apa alasannya bener-bener karena kita tidak punya cadangan lagi atau karena kurang giat mencari? 

Persoalan utama dalam hal ini adalah bobroknya iklim investasi, terutama pada fase eksplorasi. Bukannya dikasih insentif tapi malah belum nemu tapi sudah kena pajak ini itu. Belum lagi harus bagi-bagi ke pemda. Padahal resiko saat eksplorasi tidak ditanggung negara lho. Ini yang harus disoroti. Pasangan mana yang kira-kira lebih riil gagasannya untuk membuat iklim investasi jadi lebih sejalan dengan nafsu meningkatkan produksi.

Saya mau tambah data aja untuk membuktikan klaim decline rate dan pernyataan Pak Hatta yang bilang produksi minyak turunnya justru lebih tinggi jaman Pak JK.
Realisasi lifting 2004 : 1,040 juta barel per hari, 2009 : 949 ribu barel, 2014 818 ribu per barel.
Jadi turunnya di mana ?
Intermezzo ; itu 1 juta barel 2004 pas saya lulus SMA. Mestinya begitu kelar sekolah langsung kawin aja…aish.

Proyek Diversifikasi Listrik ke EBTKE :

Dear Pak Hatta, insentif yang bapak sebut-sebut itu…untuk pengembangan panas bumi, mentok di meja bapak hampir setahun lalu. Sekian.  (Kalau bapak teken itu mungkin saya percaya janji bapak).

Tapi sejujurnya, kita jangan berharap tiba-tiba listrik di Indonesia semuanya dari EBT. Tidak mungkin menggantikan 54 ribu MW (kata Pak Hatta) dengan EBT semua. Panas bumi aja potensinya Cuma 29 ribu MW, itu yang bisa dikembangkan aja 10 ribu MW (sisanya ada di hutan lindung, ga bisa lah dibor, nanti didor pecinta lingkungan).

Di atas kertas sih yah, potensi EBT indah banget. Selain panas bumi, tenaga air 75.670 mw, mini/mikro hidro 769,69 mw, biomass 49.810 mw, surya 4,8 kWh/m2/hari, angin 3-6 m/s, uranium 3.000 mw/t. Yang udah dimanfaatkan, panas bumi 1.189 mw, air 5.705,29 mw, mini/mikro hidro 217,89 mw, biomass 1.618,4 mw, surya 13,5 mwp, angin 1,87 mw, uranium 30 mwt. Buat ngembangin itu butuh harga yang bagus. Bapak harusnya udah tahu sih soal ini…tapi yo nopo meneng waeee Pak ?


Konversi BBM ke Gas :

Jujur, ini program yang paling masuk akal untuk saat ini kalau mau selamatin energi kita….Gak usah banyak omong kayanya, kalau dulu Pak JK sebagai Wapres gak ngotot minyak tanah diganti elpiji, mungkin subsidi kita saat ini lebih parah dan gas ga bisa optimal di dalam negeri.

Usul Pak Jokowi harus diakui lebih unggul dengan membangun infrastruktur gas agar gas bisa dimanfaatkan sebanyak-banyaknya.

Selama ini pembangunan infrastruktur gas selalu berbelit di masalah izin, supply dan pasar. Apalagi sekarang ada dua perusahaan pelat merah yang berkompetisi, yaitu PGN dan Pertagas, yang susah banget diatur.
Tapi saya belajar dari pembangunan pipa di DKI Jakarta dan Pak Jokowi yang ternyata bisa mendamaikan kedua perusahaan gas itu supaya nurut dan bangun bareng-bareng, semoga Pak Jokowi bisa bawa itu ke tingkat nasional nantinya. Amin.

Benar kata Pak Jokowi, pasokan gas kita sangat berlimpah ketimbang minyak. Jadi memang sudah seharusnya mengejar pembangunan infrastruktur gas dan menyiapkan pasarnya agar ketergantungan terhadap minyak bisa berkurang.

Sembari menunggu infrastruktur gas, memang sangat tepat konsep penyediaan transportasi public yang lebih layak agar masyarakat beralih ke kendaraan umum dan hemat bahan bakar.

Usulan kebijakan Pak Jokowi ini memang tidak istimewa dan wah, tapi memang kebijakan sederhana seperti ini yang kita butuhkan sebagai tahap awal memperbaiki energi di dalam negeri. Simple.

Bukan janji-janji luar biasa yang semestinya bisa ditangani sewaktu punya kuasa tapi malah dijadikan bahan dagangan untuk dapat kekuasaan yang lebih tinggi. Huff.