Akhirnya! Setelah sekian lama, Disney kembali dengan keklasikannya. Maksud saya, animasi kembali dibawa pada cerita yang kuat dan penuh makna, bukan sekedar karakter imut atau lucu yang membuat kita tertawa. Lalu lupa.
Begini, saya pecinta kartun dan animasi..tapi jujur animasi yang belakangan ada di layar bioskop tampak lupa bahwa ketika bicara kartun atau animasi, rata-rata sasaran utama penontonnya adalah anak-anak atau keluarga. Tapi kisah dan komedi yang mereka sajikan, kadang terlalu dewasa untuk dapat ditangkap para bocah.
Kapan terakhir kali kalian menonton animasi lalu terbayang-bayang terus sampai rumah, mengunduh lagunya, bahkan mau menonton ulang untuk kesekian kali ? Mungkin itu zaman-zaman masih 2D seperti Lion King, Pocahontas, dan lainnya. Setelah itu ? Animasi yang ada , banyak diantaranya, hanya pamer teknologi yang semakin canggih dengan menyuguhkan monster-monster unyu dan menjadi lucu karena adegan slapstick saja. *maaf nyinyir*
Di Desember ini, banyak film lokal maupun luar yang berlomba menjadi jawara. Saya sudah menonton Hobbit The Desolation of Smaug (yang begitu mewahnya) dan melepas rindu pada Keanu Reeves dengan menonton 47 Ronin. Tapi dari semua film itu, saya harus mengakui saya jatuh hati pada Frozen yang berdurasi kurang dari dua jam.
Kesan klasik ini sangat kuat dan sengaja disampaikan oleh Disney (bahwa mereka masih jawara animasi dunia) dengan menghadirkan sekilas film pendek Mickey Mouse bertajuk Get A Horse!
Mickey yang ditampilkan adalah Mickey zaman baheula, berwarna hitam putih dan produk perdana Disney hingga mampu mendunia.
Ini cukup berhasil mengecoh penonton, setidaknya saya, untuk bertanya-tanya apa maksudnya ? Sebab durasinya lumayan lama, sekitar 10-15 menit. Ah, masa sudah duduk di bioskop mahal mesti lihat film kartun jadul hitam putih sih! Sementara mata ini sudah terbiasa dimanja gambar-gambar animasi 3D yang seakan nyata, terbaru bahkan ada 4Dx.
Tapi ini uniknya, toh karena kita sudah di dalam, mau tidak mau kita harus tonton dan akhirnya kita nikmati tanpa rasa terpaksa! Disney mengajak kita mengingat siapa mereka, bagaimana mereka lahir dan bagaimana mereka bisa sejaya ini (dan menegaskan bahwa mereka masih raja animasi). Adegan di animasi Mickey semula biasa, kisahnya khas kartun zaman dahulu yang ternyata masih mampu membuat kita terpingkal-pingkal. Asyik menikmati kisahnya, tiba-tiba Disney memberi kejutan dengan membuat gambar menjadi animasi 3D , Mickey zaman modern. Lalu animasi itu dicampur-campur, 2D-3D-2D-3D dalam satu adegan dengan dahsyatnya. Ya mereka menunjukkan, bahwa mereka masih ahlinya. Hingga akhirnya masuk ke cerita utama, Frozen.
Disney sempat ketularan produsen animasi lainnya yang berlomba-lomba dalam teknologi dan adegan komedi. Tapi di Frozen, Disney menegaskan bahwa teknologi hanya alat bantu untuk menguatkan kisah utama film ini.
Frozen berkisah tentang kakak-adik di sebuah negeri, Elsa dan Anna. Keduanya adalah putri dari sebuah kerajaan yang damai dan indah (klasik!). Sang kakak, Elsa, memiliki kekuatan super yang intinya bisa membuat salju (namun belum bisa mengendalikannya). Si adik, Anna, hanyalah gadis periang yang selalu ingin bermain dengan kakaknya. Sewaktu kecil, keduanya sangat akrab. Hingga pada suatu saat, Elsa yang hendak melindungi Anna agar tidak terjatuh ketika mereka bermain salju di istana, secara tak sengaja melukai adiknya dengan kekuatan yang ia miliki.
Raja, Ratu, Elsa dan Anna akhirnya menuju ke pemukiman troll untuk menyembuhkan Anna. Untungnya, luka Anna berada di kepala sehingga masih bisa disembuhkan. Tapi sebagai resikonya, Anna harus dihapus memorinya soal kecelakaan itu dan soal kekuatan yang dimiliki si kakak. Tapi segala kenangan indah mereka, yang normal dan tanpa ada sihir, tetap bertahan.
Melihat si adik terluka parah, Elsa ketakutan setengah mati pada kekuatannya dan semakin tak bisa ia kendalikan. Akhirnya, sepulang dari sana, Elsa memutuskan untuk mengurung dirinya agar tak ada yang bisa ia lukai. Ia memilih bersembunyi dan tenggelam dalam sepi.
Suatu ketika, Raja dan Ratu tewas. Anna hanya memiliki Elsa sebagai keluarga satu-satunya. Meski bersedih, Elsa tetap bersembunyi dan hubungannya dengan Anna pun semakin jauh.
Beranjak dewasa, Elsa resmi menjadi ratu. Pelantikannya adalah kali pertama gerbang dibuka dan mau tidak mau ia harus keluar dari kamarnya untuk menemui rakyatnya. Semua menantikan saat itu, apalagi Anna. Meski ketika berjumpa lagi dengan kakaknya, ada keganjilan yang ia rasakan.
Sesuatu terjadi, hingga semua penduduk kerajaan mengetahui kekuatan Elsa dan takut padanya. Elsa pun melarikan diri untuk melukai adiknya dan penduduknya. Celakanya, Elsa tak sadar ulahnya itu membuat kerajaannya terus tertimpa badai salju. Ia pun tak tahu cara menghentikannya.
Anna pun mencoba mencari Elsa dan menyelamatkan kerajaannya. Ia yakin Elsa tak akan menyakitinya dan ada jalan keluar dari masalah ini. Sementara isu bahwa Ratu Elsa adalah ratu yang menakutkan sudah tersebar di mana-mana.
Kisah Anna dan Elsa ini penuh misi penyelamatan, bukan sekedar menyelamatkan kerajaan dari salju, tapi juga upaya menyelamatkan hubungan kekeluargaan mereka dan menyelamatkan diri mereka sendiri dari rasa takut dan kesalahpahaman yang membelit mereka selama bertahun-tahun. Dikemas dengan lucu dan tetap mengharukan, Disney menyampaikan pesannya secara efektif di film ini bahwa The Power of Family is the strongest magic at all!
Ya, kita diajarkan secara literasi bahwa cinta sejati tak melulu soal hubungan pria dan wanita. Sebelum pasangan kita datang, ada orang-orang yang lebih dulu mencintai dan tak pernah berhenti mencintai kita sampai kapanpun , yaitu keluarga.
This! Disney membawa kita kembali ke era Lion King!
Klasiknya film ini juga dikuatkan oleh Disney melalui soundtrack-soundtrack animasi , yang tampaknya sudah lama kita tak dengar. Semua masih ingat lagu A Whole New World, You'll be in My heart, dan lainnya yang sangat timeless. Kali ini Disney menghadirkan kembali lagu itu, Let It Go, Do you Want to build a snowman ? , dan first time in forever..akan melekat di kepala begitu selesai menonton filmnya. Well, setidaknya peringkat mereka di itunes selama berpekan-pekan bisa menjadi bukti betapa banyak yang menggilai lagu itu.
Ada satu lagi sebenarnya yang membuat keklasikan film ini makin kuat, karena memang Frozen terinspirasi dari sebuah cerita klasik karya Hans Christian Andersen yang berjudul Snow Queen. Tapi, karena kita tahu kisahnya Om Hans rata-rata bernuansa gelap, Disney mesti berjuang mati-matian untuk mengemasnya supaya bisa jadi produk mereka...yang selalu happy ending. Perjuangannya bertahun-tahun, mereka harus menyuguhkan karakter Ratu Salju yang tak menakutkan dan bisa dipahami orang atas segala tindakannya.
Disney, untuk kali ini...saya cuma mau ucapkan terima kasih sudah kembali menyuguhkan kisah yang mampu menghangatkan hati.
Xoxo