Minggu, 11 Februari 2018

1 Perempuan Lemah Iman Menonton 12 Strong



Gue tahu kalian semua belum move on dari demam Dilan, tapi izinkanlah gue meripyu film 12 Strong yang sedang tayang di bioskop juga.

Sebenarnya, gue menonton film ini pekan lalu, tapi baru sempat mengulasnya sekarang karena biasa…sibuk bekerja mengejar harta dunia~~



Alasan utama gue menonton film ini sangat jelas, sebagai Chrisology alias penggemar Trio Chris (Chris Pratt, Chris Evans, dan Chris Hemsworth) adalah wajib hukumnya buat gue untuk menonton.

Alhasil gue memantapkan diri dan langkah ini ke bioskop untuk menonton Mas pujaan hati (dan body).

Film 12 Strong diangkat dari kisah nyata , tentang kisah sekelompok tentara yang tergabung dalam Satuan Tugas Gugus Belati dan dikirim dengan misi khusus ke Afghanistan tak lama setelah serangan 11 September 2001.

Satgas ini dipimpin oleh Kapten Mitch Nelson (dibintangi Hemsworth). Mitch memiliki tugas berat, Ia di sana tidak hanya memimpin perang tetapi sekaligus diplomasi. Mitch harus mendekati salah satu petinggi Afghanistan, Jenderal Dostum, dan beraliansi dengan mereka untuk melemahkan Taliban.

Masalahnya, perang di Afghanistan itu  berat. Pertama dari sisi cuaca, bahkan tentara Rusia pun tak sanggup menerjang dinginnya suhu di sana. 

Kedua masalah topografi, lahannya yang berbukit-bukit, padang pasir, dan bercelah hampir mustahil ditempuh dengan kendaraan. Selain jalan kaki, satu-satunya sarana yang praktis untuk bertransportasi adalah naik kuda.

Belum lagi masalah politik para jenderal di sana, meski sama-sama ingin memberantas Taliban, tapi para jenderal ini juga punya ambisi masing-masing untuk kuasai Afghanistan, tipikal.

Sewaktu menonton film ini, gue baru tahu..”Oh yang namanya perang kekinian gini toh.” Soalnya ini beda banget kalo kita nonton perang ala Rambo atau film jadul yang heroik abis itu. Ini mah tentaranya maju ke medan perang, terus mastiin koordinat, lapor ke komando, jeng….bom dijatuhkan. Gitu terus.

Tembak-tembakan ada kalo ; bom habis atau tiba-tiba lawan menyerang pakai tank.

Film ini mungkin agak sensitif buat kalian yang punya jiwa jihad tinggi, karena ini memotret islam dari sisi bagaimana Taliban berkelakuan. Dan biasalah, pengkultusan Amerika besar-besaran, bahwa Amerika adalah penolong dan penyelamat di sana.

Huehuehuehuehue untungnya jiwa dan raga gue sangat retjeh. Biarlah mereview film secara serius dan berat tetap menjadi jatahnya para kolumnis media beneran, dan izinkanlah gue mereview film ini dari sisi tereceh yang pernah ada. Huehuehue.

Seperti gue bilang sedari awal, sungguh niat gue menonton film ini hanya satu…karena ingin melihat Mas Chris.

Melihat Mas Chris jadi tentara itu ya, SUBHANALLOH…. Jadi berasa gak ada apa-apanya KAPTEN YOO SI JIN!!

BEGINI SEMESTINYA TENTARA...LIAR, KASAR!


Ini pun diamini oleh temen gue, “Nah, tentara kayak begini. Jangan kayak Song Joong Ki di DOtS. Pa apaan tentara licin gitu gak ada lecet-lecetnya.”

Kayak gini maksudnya… mari dibandingkan.

Kiri: Tentara Perang Afghanistan, Kanan: Tentara Perang Batin 


Atas: Tentara Perang, Bawah: Tentara Girang 

Nah, begitu…jadi setelah nonton ini gw merasa ditipu habis-habisan sama Yoo Si Jin, tentara apaan kerjaannya pacaran melulu! (Padahal dulu tergila-gila).

Jumat, 02 Februari 2018

Dilan dan Penonton yang Dibuai Gombalan


pic courtesy Montase 



Bismillahirrohmanirrohim


Saya cuma mau ngasih tahu..secapek apapun saya malam ini tetep saya bela-belain nulis soal film Dilan. Karena apa?

Baca aja dulu, Iqro!

Ada dua alasan kenapa gue ngebet banget mau nonton Dilan 1990;

1. Karena gue punya bukunya Dilan 1990, tapi belum baca (jadi ngapain dong dijadiin alasan?!!)
2. Karena Iqbal Cowboy Junior/CJR
3. Karena kamu pasti baca postingan blog ini, dan diam-diam senyum sambil menahan rindu (eyaaaaaa~~~)



Loh bentar, tadi katanya 2 alasan…kok sekarang 3?

Ya kan ditulis di atas, alasan nonton Dilan memang cuma nomor 1 dan 2, alasan nomor 3 itu aku nulis ini demi kamu… yang diam-diam suka stalking aku, hanya supaya tahu kabarku (eyaaaaaa lagiii~~~).



Emangnya Dilan aja yang boleh ngegombal receh!

Baiqlah, mari balik ke Dilan 1990.

Rasa penasaran gue sudah membuncah begitu liat trailernya, beberapa temen ada yang bergidik geli, jadi untuk menonton film ini gue memastikan harus memilih mitra menonton yang; sama alaynya ama gue dan memiliki selera receh untuk bahagia

Lelang mitra menonton pun semakin ketat, karena jadwal kerja dan tubuh yang padat, gue baru bisa menonton di atas jam 9 (itupun deg-degan gak sampe bioskop, LOL).

Hamdalah ada yang mao.

Masuklah kami ke bioskop. Kenapa ke bioskop? Karena kalau ke KUA aku maunya ama kamu, bukan sama dia (eyaaaaa lagiiii~~~).



Begitu duduk, layar terbuka lalu terpampang lah video greetings dari Iqbal Ramadhan si pemain Dilan.

“Hi kawan-kawan….”

Ehmm Bal, usia gue mungkin udah gak cocok jadi kawan loe.

“Terima kasih sudah datang menonton Dilan. Mohon maaf aku gak bisa nemenin kalian nonton dan berada di sana karena sedang menempuh pendidikan di Amerika..”

APA!!! Gue inget banget waktu dia kecil, dia satu-satunya artis cilik di zaman itu yang punya cita-cita jadi hafidz quran! Seperti yang tertera di sini

Lah dengan cita-citanya setinggi surga, gue pikir dia akan menimba ilmu ke Mesir atau negara Timur Tengah lainnya. Taunya ke Amerika. Lalu gue ungkapkan lah rasa penasaran gue ke temen gue.

“Kok malah ke Amerika, katanya mao jadi hafiz..”
dan dijawab selow oleh temen gue. “Ya mungkin dia masuk pesantren di Amerika.”

Okay, Ner Uga.

Gak apa-apa dek Iqbal, selama kamu masih meyimpan cita-cita itu sebagai mimpi masih bagus, kok. Mimpi itu kadang memang tak selalu harus atau bisa diwujudkan….(yelaaa)

Lanjut.

Film pun mulai diputar, kita dikenalkan dengan sosok Milea yang dimainkan Vanessa Priscilla. Gadis Jakarta yang pindah sekolah SMA ke Bandung.

Sewaktu Milea berjalan, tiba-tiba ada suara motor dari belakang yang perlahan mendekat. Ternyata itu Dilan.

“Hi, kamu Milea ya. Boleh gak aku meramal?”
“Meramal?”
“Iya aku ramal nanti kita akan bertemu di kantin?”

Milea pasti bingung dong, pasti dalam hati mikir ini anak Mama Loren apa gimana? Ketemu-ketemu minta ramal, emang kotak. Kotak Ramal! (AMAL, GUS!)

Habis itu, Dilan nawarin bonceng Milea, tapi tentunya ditolak lagi. Lalu Dilan kembali meramal. “Aku ramal suatu hari pasti kamu mau naik motor aku.”

courtesy Parodi Ojek Online 

Hmmm…mungkin Dilan punya insting kalo gede jadi tukang ojek onlen, Milea suatu saat pasti jadi penumpangnya. Semangat!


Sungguh pemirsa, ini baru gombalan receh tahap 1. Siapkan jantung kalian untuk menyimak gombalan super receh lainnya. Eee…tapi kalo buat kamu yang lagi mikirin aku, siapkan hati aja kalau suatu saat kita bertemu dan kamu terpana melihat senyum manisku.



(eyaaaa lagi)

Dilan tampak tak habis kata-kata maupun akal untuk merayu Milea. Bukan hanya digempur lewat bicara, tapi juga lewat surat-surat yang berisi kalimat yang bikin melayang perempuan.

Sewaktu PDKT, di dalam angkot Dilan berucap. “Milea kamu cantik. Tapi aku belum mencintaimu, gak tau kalau sore. Tunggu aja.”

Ya ALLOH DILAN…KAMU RABUN SENJA?? Kok bisa kuatir Milea sore hari bakal beda ama Milea pagi dan siang…

Sampai akhirnya besok pagi, Dilan titip surat ke temennya Milea dan berisi kalimat. “Pemberitahuan, sejak sore kemarin aku sudah mencintaimu- Dilan!”



AMSYONG TANTEHHH, DILANNN…..


Seumur-umur waktu gue sekolah dulu, sekalinya ada lelaki kirim surat atau kertas..begitu dibuka isinya cuma tulisan:

“14 , 21, 24, 25, 28, 30…”

Sungguh kode yang mulia, yang tidak diawali dengan pujian tapi cukup dengan kata. “Pstt….pstttt.”

Itu zaman sekolah, begitu udah kerja…sekalinya ada surat yang gue terima cuma surat tagihan kartu kredit. Sungguh kaku hiduppkuuuuu~~