Jumat, 16 Oktober 2020

Review Buku: Almond, Cerita Remaja Tak Punya Emosi





Pernah gak sih kalian bertanya-tanya kenapa Tuhan memberikan kita suatu kondisi atau ujian tertentu? Lalu, jawabannya baru kalian dapat bertahun-tahun kemudian. 


Itu kira-kira pesan yang gue tangkap saat membaca buku Almond, karya penulis Korea Selatan Sohn Won Pyung. 


Berkisah soal Yunjae, anak lelaki yang terlahir dengan kondisi alexythimia yang menyebabkan dia tidak memiliki emosi. Artinya, Yunjae tidak tahu apa itu perasaan sedih, gembira, marah, dan emosi lainnya. Datar dan lempeng aja gitu hidupnya. 


Kondisi ini disebabkan karena amygdala-nya (cmiiw) yang berbentuk seperti almond di kepalanya underdeveloped. 


Yunjae tinggal bersama ibu dan neneknya. Ibunya kerap memaksa Yunjae sering memakan almond, yang Yunjae pikir mungkin bisa membantu “almond” di kepalanya lebih membesar. Mungkin itu alasan kenapa buku ini diberi judul “Almond”. 


Penulis menuturkan betapa Yunjae kesulitan membaca dan merasakan emosi dengan sangat apik. Kekhawatiran sang ibu ditekankan betul, Yunjae ‘dipaksa’ menghafal beberapa kata penting agar terhindar dari masalah atau bahkan demi tak dirundung anak lain. 


Yunjae dan keluarganya tinggal di sebuah toko buku milik sang nenek, di atasnya terdapat toko roti yang dimiliki oleh seorang kakek. Di sekolah dan di lingkungannya, Yunjae dikenal sebagai ‘monster’ karena tidak memiliki emosi. 


Meski begitu, rasa sayang nenek dan ibunya tak pernah habis untuk Yunjae. 


Suatu waktu, keluarga kecil ini pergi merayakan ulang tahun Yunjae di sebuah restoran. Lalu sebuah tragedi terjadi, seorang perampok mengamuk di jalanan dan berujung dengan tewasnya sang nenek dan ibu Yunjae terluka berat hingga kondisi koma. 


Sang nenek tewas karena ingin melindungi Yunjae, begitu juga ibunya yang kondisinya lebih seperti orang mati ketimbang hidup. 


Di usia belasan tahun, menyaksikan nenek dan ibunya dibantai di depan mata. Lalu ditinggalkan oleh keduanya, yang merupakan satu-satunya keluarga yang ia miliki.. bisa kebayang bagaimana hancurnya Yunjae kalau ia bisa merasakan emosi?


Gue seakan tertampar saat membacanya. Kalo gue jadi Yunjae sih pasti udah gak sanggup dengan segala kondisi itu, jadi gue berpikir mungkin Tuhan memberikan kondisi istimewa itu ke Yunjae karena sudah tahu akan apa yang terjadi di masa depan. 


(Ya bukan Tuhan juga sih, tapi penulisnya).

Cerita lalu mengalir, Yunjae bertemu dengan karakter-karakter baru yang membuatnya berpikir lebih keras untuk berempati.


Salah satunya Gon, anak liar yang sangat kebalikan dengan Yunjae. Jika Yunjae lembut di luar namun keras di dalam karena tak ada emosi, Gon justru tampak keras di luar namun super perasa di dalam karena pengalaman traumatis masa kecilnya. 


Secara keseluruhan, buku ini khas banget buku-buku penulis Korea Selatan yang menggali lebih dalam makna hubungan antar manusia. Kata-kata yang dipilih tidak sulit atau jarang menggunakan ungkapan, tapi bisa membuat kita berpikir cukup dalam karena kita diajak menyelami isi kepala Yunjae. 


Kita diajak merasakan menjadi Yunjae yang tidak punya emosi. Sebuah kondisi yang jujur membuat gue iri saat ini. Gue sampai berpikir, kondisi ini semacam berkat bagi Sebagian orang yang justru overburden akibat emosi-emosi yang menumpuk di dirinya. (Sedikit curcol). 


Jujur aja gue baca buku ini karena ini buku yang dibaca oleh Suga BTS….. receh banget kan alasan gue. Haha!





Apapun yang Namjoon, Suga, V baca..harus gue baca! 


Buku ini udah ada terjemahan Bahasa Indonesia dan bisa dipesan onlen di situs buku terbesar itu lohhhh…..


Sedikit tambahan dalam review mungkin, entah kenapa belakangan ini Korea lagi hobi mengangkat isu alexythimia ini. Entah kebetulan atau tidak, selain buku Almond…ada juga drama-drama yang mengangkat isu ini. Salah satunya adalah Flower of Evil yang dibintangi oleh actor Lee Jun Ki dan Alice yang dibintangi oleh aktor Jo Woon. 


Kedua drama yang gue sebut di atas itu juga bagus sih, terutama Flower of Evil. 


Ada kesamaan dari buku dan drama-drama ini, meskipun kepala tidak bisa menangkap sinyal untuk membaca emosi..perlu dicatat para karakter ini masih memiliki hati. Jadi mereka bertindak tanpa sadar oleh hati mereka, tanpa tahu itu emosi apa. 


Selamat membaca!