Rabu, 30 November 2011

Bukan Mama Biasa ......

Wanita itu hanya mengenakan kaos dan celana pendek saja. Rambutnya yang pendek disisir sekenanya, bedak ditepukkan ke wajahnya tipis-tipis.

Dia oleskan gincu berwarna merah untuk menutupi bibirnya yang menghitam akibat tembakau yang dihisap bertahun-tahun. Dia kembali sundutkan api ke batang rokoknya,melenggang untuk menjaga warung di depan rumahnya.

Angin malam tidak dia gubris, semakin malam semakin ramai orang yang pesan makan di warung. Tidak sekedar menjaga, dia juga memasak semua makanan di warung yang buka hampir 24 jam sehari..menyaingi restoran-restoran luar negeri.

Badannya kurus, tapi dari rahimnyalah saya dilahirkan. Dulu, kadang saya malu mengakuinya karena ulah dan prilaku dia yang beda dari ibu-ibu lainnya. Sekarang, saya sudah menemukan kata bangga di hati saya untuk sosok Mama.

Belasan tahun hidup bersamanya, saya hanya mengenal dia sebagai sosok ibu yang galak. Mengomel setiap hari, tidak pernah mau mengantar saya sekolah. Meski mendapat gelar juara, kata pujian tak pernah keluar dari mulutnya. Lebih banyak mengomel, kemudian berdiam di dapur.

Saat itu saya berada di kereta untuk menetap dan kuliah di luar kota. Mama ikut mengantar saya, Papa dan adik turut serta. Saya berpamitan, memeluk Papa, kemudian Mama. Mama mendekap saya erat, tak lama saya merasakan titik air matanya membasahi kemeja saya. Itu pertama kali terjadi, kedekatan kami justru dimulai dari perpisahan.
Mama dan Saya
Hidup di luar kota, saya harus mengurus segalanya sendiri. Disitu, saya merasakan kehadiran Mama sangat berarti selama ini. Meski dia tidak pernah mengantar saya sekolah, Mama selalu memasakkan air hangat untuk saya mandi setiap hari. Mama tahu, karena alergi sinusitis saya tidak bisa mandi dengan air dingin di pagi hari.

Sekarang saya paham kenapa Mama selalu mengomel melihat lemari pakaian yang berantakan. Paham kenapa Mama selalu menyuruh mematikan keran air, paham kenapa Mama tidak betah melihat rumah berantakan. Mengurus diri sendiri dan kamar saja sudah capek, bagaimana Mama yang puluhan tahun mengurusi rumah dan  kebutuhan anggota keluarga lainnya.

Selang beberapa waktu, saya terkena penyakit kista indung telur. Kistanya cukup parah, hampir menyebar dan berpotensi menjadi tumor. Dokter hanya punya pilihan mengangkat indung telur untuk mencegah penyebaran kista. Saat itu, Mama menangis dan tampak lebih terpukul ketimbang saya.

Mama menjaga saya, tidak bernafsu untuk makan sampai saya pulih dari operasi. Mama sangat benci udara dingin dan bau rumah sakit, tetapi Mama rela menahan semuanya. Saat bius hilang, sakit pasca operasi melanda tubuh saya. Mama , tidak melepas genggaman tangan dan tidak berhenti mengusap air mata saya yang saat itu sangat kesakitan.

Mama memang tidak pernah mengungkap rasa sayang , cinta dan segala embel-embelnya lewat kata-kata. Mungkin gengsinya terlalu tinggi, tapi kasih sayangnya tetap tersampaikan di rumah. Mama berbeda dengan ibu lainnya, oleh karenanya Mama begitu istimewa.

Satu tahun sudah keluarga kami duji, Papa mengundurkan diri dari tempat kerjanya karena satu peristiwa. Tidak ada yang tidak berduka saat itu, namun saya tidak pernah menduga bahwa Mama ternyata sangat tegar. Saat Papa berhenti kerja,semua dihantam ketakutan atas beban dan penghidupan keluarga. Tapi Mama menenangkan kami semua.

Modal nekat, Mama memohon ijin Papa untuk membuka warung sekedarnya."Biar tidak seberapa, tetapi bisa untuk makan sehari-hari kita nanti hasilnya," itu tujuan mama. Alhamdulillah, setahap demi setahap kami mampu melewati itu semua.

Mama kini semakin menua, puluhan tahun dia menjaga dan merawat keluarga kami. Mama tidak pernah meminta apapun pada putri-putrinya. Sebagai putrinya, saya juga belum memberikan hadiah yang berarti bagi Mama seperti perhiasan untuk menghias jemari tangannya. Kata Mama, kalau kami bahagia Mama juga ikut senang.

Sekarang saya telah menjadi wanita, sedikit banyak saya mulai memahami karakter Mama. Berjibaku dengan rutinitas serupa selama puluhan tahun, Mama tidak pernah mengeluh. Mama tetaplah menjadi Mama yang saya kenal, semoga Tuhan selalu melindungi Mama dan mengabulkan doa-doa Mama.

Jika Mama mulai lelah, siapkanlah kami putri-putrinya untuk menjaga dan merawat Mama ...
Love you Ma,

3 komentar:

Isma Savitri Amir mengatakan...

heuheu.. supermom :)
salam buat Mama kamu ya Gus..

yanijp mengatakan...

Buat Gusti, hari ini aku belajar banyak dari adikku yang satu ini. Bahwa cinta lebih berarti saat kita tunjukkan dengan perbuatan dan bukan hanya kata-kata. Hari ini mataku terbuka bahwa jasa seorang ibu tidak akan pernah terbalaskan bahkan dengan perhiasan semahal apapun. Ibu tidak pernah meminta anaknya membayar semua jasanya tapi akan selalu melimpahkan kasih sayangnya sampai akhir hayat.
Aku cuma bisa bilang terima kasih Gusti karena sudah membagikan pengalaman yang sangat berharga.
Semoga Mama selalu menjadi matahari dalam hidupmu dan semoga kamu bisa membahagiakan Mama.

awangisa mengatakan...

tak salah mama Q selalu memuji istri om heri memang yg terbaik :)