Senin, 30 Juni 2014

Review Buku : Eleanor & Park

Spoiler Alert!!

I’m so into this book lately, well…..at least sampai tadi pagi
This book gives me a sweet torture that I can’t never forget as per today.

pic cr to : google images

Eleanor & Park membawa kita mengingat kembali masa-masa muda (buat yang seumuran gue ya), era 90-an ketika masih berusia belasan tahun.  Zaman dimana U2 begitu digandrungi dan jagoan-jagoan marvel mulai menginvansi imajinasi.

Eleanor & Park adalah sepasang remaja yang ganjil. Berambut merah dan bertubuh besar, Eleanor menjadi gadis yang canggung dan tidak percaya diri. Sementara Park, lahir sebagai pretty boy berkat darah Korea dari ibunya memiliki daya tarik yang berbeda dengan remaja pria sebaya lainnya. Well, perlu diingat ini latar belakangnya tahun 90-an , boyband Korea belom diterima publik saat itu.

Park berjumpa dengan Eleanor di Bus Sekolah, entah bagaimana awalnya mereka menjadi duduk bersama di bus tersebut. Buat Park, Eleanor itu aneh dengan gayanya yang boyish. Begitu juga Eleanor, baginya Park hanya orang asing yang harus ia hadapi saat naik bus.

Mereka tidak pernah berbicara, sama sekali. Hingga suatu saat, Park sadar bahwa setiap dia membuka komiknya di bus, Eleanor diam-diam ikut membaca di sebelahnya. Anehnya, Park tidak merasa risih, dia justru sengaja membuka halaman demi halaman secara perlahan untuk memastikan Eleanor bisa membaca bersama. (D*mn You Sweet Boy!!)


Berawal dari itu, Park pun menyiapkan tumpukan komik untuk dipinjamkan kepada Eleanor. Dari sana, mereka pun mulai dekat dan berbicara satu sama lain. Awalnya cuma ngobrol isi komik, lalu lagu dan band favorit, hingga akhirnya Park mulai menggenggam tangan Eleanor secara diam-diam.

Gaya-gaya PDKT Park ini loh yang bikin sayah senyum-senyum sendiri, karena gayanya 90-an banget. Mulai dari ngajak pulang sekolah bareng, nunggu di bus jemputan (Beh! Andai temen2 mobil jemputan gue SMP dulu ada yang sekece Park!), sampai janjian buat telpon-telponan dari rumah. Yes , telepon-teleponan literally pakai telepon rumah.

Masalahnya hubungan Park dan Eleanor gak melulu lancar jaya. Park dan Eleanor tumbuh dengan kultur dan latar belakang keluarga yang berbeda, apalagi Eleanor yang merupakan putri tertua dari keluarga yang semrawut. Eleanor dengan adik-adiknya yang masih bocah, ibunya yang cantik namun lemah, ayah kandungnya yang tidak acuh, dan ayah tirinya yang bajingan dan kriminal.

Gak heran kalau buku ini bisa mejeng di rak buku terlaris hampir di setiap toko buku impor. Alurnya yang lambat sengaja memberi kita ruang untuk sedikit demi sedikit mengingat rasanya jatuh cinta untuk pertama kali di usia remaja.

Gaya penuturannya pun beda dengan buku kebanyakan. Di buku ini, Rainbow Rowell menulis dengan dua sudut pandang (baik dari Eleanor maupun Park) , tapi dari sisi orang ketiga. Inih yang bikin gemessss bingitz!
Hampir gak ada kekurangannya kecuali di bagian ending, makanya sayah sebut ini buku sweet torture abis. Gue jadi paham perasaannya Hazel Grace sampe ngotot ke Belanda buat ketemu Peter Van Houten dan maksa ngasih tau ending buku ‘Imperial Affliction’.

See?!! Persis, ini yang lagi gue rasain…gue pengen nyamperin tuh si Rainbow Rowell buat kasih tahu apa yang pengen gue tahu secara spesifik, soal tiga kataaa aja dari isi buku itu.
Well, buku ini sangat recommended buat dibaca pokoknya sambil nunggu bedug magrib. Terutama buat kalian para lajang yang sel-sel romantisnya udah mulai kering, wajib baca dahhhhhh…hehehe
Enjoy!

1 komentar:

Velasco mengatakan...

Buku ini emang bagus banget ya mbak, ceritanya mengharukan, feelingnya dapet :')