Rabu, 23 April 2014

Buku, Turki, Perempuan, dan Miss Jinjing


Kayaknya gue udah lama banget gak baca buku yang bisa tamat dalam semalam. Terakhir, buku yang begitu gue buka langsung tamat dalam semalam itu RAPBN 2013 (itu juga harus dibaca karena tugas gawean T.T).

Entah kenapa gue menjadi kurang tertarik sama yang namanya baca buku lama-lama, kayaknya ini efek trauma ketika gue dibagi gratis buku kisah hidup seorang menteri yang bercerita soal masa kecilnya yang pernah mati suri. (sumpey ini serius!! bisa kalian gugling kalo ga percaya).

Padahal, dulu itu gue sanggup membaca apapun. Buku bagus maupun tidak bagus, buku kepake maupun tidak terpakai yang belum dijual di toko bagus. Komik mulai dari Komik Jepang sampe Komik Tatang S, semua gue lahap.

Nah, beberapa hari lalu gue dikasih buku bertajuk "Belanja Sampai Mati di Turki" karya Miss Jinjing. Gue semula berpikir, ini buku apa sih ? Paling sama aja kaya buku panduan wisata lainnya. Tapi begitu gue buka, wowwwww....gue ga bisa berhenti sampai tamat. Dalam waktu 3 jam, gue kelar membacanya. Akhirnya, gue membaca buku dengan normal kembali.

Buku ini berhasil membuat gue membelokkan tujuan wisata gue yang semula ngebet banget ke Korea atau Jepang, jadi ke Turki. Tapi gue rasa ini efek bab yang bercerita kalo di Turki wanita montok berisi jadi idaman di sana.....maoooo!!!

picture cr to Miss Jinjing , dari hasil gugling soalnya inih hehe


Ini buku kesekian dari Miss Jinjing, tapi buku pertama karya doi yang gue baca. Banyak mungkin yang meremehkan buku-buku Miss Jinjing selama ini, utamanya para penulis kelas "atas" (yang bukunya itu kalo dibaca mesti ngerutin jidad biar paham).

Okelah dari sisi penulisan memang ga sistematis *kaya tulisan gue di blog ini, lagian kalo mao liat tulisan gue yang rapi dan baku mah liat aja di berita*. Tapiiiiiiii...si Miss Jinjing ini punya sesuatu yang membuat pembaca terpikat sama bukunya, yaitu "nyawa". Tulisannya jujur dan penuh passion, jadi berasa ada nyawanya.

Ketika loe baca tulisannya,loe akan merasakan kehebohan yang serupa yang dialami oleh penulis tanpa banyak kata hiasan. Dan, si Miss Jinjing ini juga tahu banget apa yang diinginkan pembacanya , informasi apa yang harus disediakan. Sebab gue yakin pasti dia punya lebih banyak info soal Turki *susahloh pilah pilih bahan buat ditulis*.

Membaca bukunya, membuat gue penasaran. Akhirnya, gue gugling lah soal si Miss Jinjing ini sampe gue ketemu blog lawas dan blog barunya (di sini dan sini, ada dua euy). Di blog lawasnya, dia pakai sudut pandang orang ketiga, hehe agak narsis sih..tapi gue akuin jagolah promo dirinya sendiri ;).

Di salah satu tulisan blog-nya, dia bercerita bahwa cita-citanya adalah menjadi penulis tingkat dunia (semoga si Miss Jinjing gak lupa ya). Di situ gue semakin takjub sama si mbak ini. Dia menjelaskan pangsa pasar yang ada dengan jadi penulis tingkat dunia dan sebagainya.

Kemudian gue beralih ke blog-nya yang baru di sini. Baru tahu dia ternyata penulis rutin juga soal gaya hidup, dan gue akui dia mencermati pasar yang satu ini cukup jeli *soalnya gue gak pakar hahaha*. Meski balik lagi, gaya tulisannya masih bergaya blog.

Ada artikel yang membuat gue semakin mengagumi si Mbak satu ini, soalnya meskipun hidup di tengah kaum sosialita dengan gaya yang selangit. Dia gak lupa soal prinsip-prinsip utama dalam hidup, prinsip soal menjadi warga negara yang baik sampe mencoba untuk tetap menjadi umat yang baik.

Salah satunya adalah tulisan dia soal pasar kaum gay, yang menuai kontroversi sampe sekarang. Mau kaya apapun tulisannya, Miss Jinjing ini gak gentar menuliskan wacana dan pendapatnya secara terbuka. Toh, negara menjamin kebebasan berpendapat.

Kalau dibaca secara utuh, tulisan itu sebenarnya bermaksud mengulas soal pangsa pasar kaum gender ketiga (begitu dia sebut) di negeri ini. Sebenarnya bagus, dia menulis soal pasar yang secara diam-diam sudah mulai terbuka di negeri ini dan membandingkannya dengan negara lain yang emang sudah blak-blakan.

Tapi di awalnya emang agak belok karena dia menegaskan posisi dia sebagai perempuan, ibu dan umat beragama. Nah, sikap dia ini kemudian menuai cercaan di jejaring sosial. Jadi melipir ke esensi tulisannya yang soal pasar gender ketiga.

Mungkin karena pembacanya terlalu emosi kali ya, jadi keburu mencaci maki duluan. Padahal di awal tulisan dia bilang dia bukan anti gay, di beberapa tulisan blog dan bukunya dia juga bilang berkawan dengan para gay ini. Di akhir tulisan malah dia tegaskan, gimanapun selama ini "Bukankah Gay is woman best friend forever ? " kata dia.

Well begitulah, Indonesia memang beragam tapi masih belum terbiasa soal pembahasan mengenai perbedaan. Sekali dibahas langsung sensitif. Semua orang pasti punya sudut pandang berbeda tentang suatu hal. Lagian kan berbeda dan tidak setuju bukan berarti benci.

Keep woles and keep writing Miss (atau mestinya udah jadi Madam ya ? hihi ;) )

Tidak ada komentar: