Jumat, 02 Februari 2018

Dilan dan Penonton yang Dibuai Gombalan


pic courtesy Montase 



Bismillahirrohmanirrohim


Saya cuma mau ngasih tahu..secapek apapun saya malam ini tetep saya bela-belain nulis soal film Dilan. Karena apa?

Baca aja dulu, Iqro!

Ada dua alasan kenapa gue ngebet banget mau nonton Dilan 1990;

1. Karena gue punya bukunya Dilan 1990, tapi belum baca (jadi ngapain dong dijadiin alasan?!!)
2. Karena Iqbal Cowboy Junior/CJR
3. Karena kamu pasti baca postingan blog ini, dan diam-diam senyum sambil menahan rindu (eyaaaaaa~~~)



Loh bentar, tadi katanya 2 alasan…kok sekarang 3?

Ya kan ditulis di atas, alasan nonton Dilan memang cuma nomor 1 dan 2, alasan nomor 3 itu aku nulis ini demi kamu… yang diam-diam suka stalking aku, hanya supaya tahu kabarku (eyaaaaaa lagiii~~~).



Emangnya Dilan aja yang boleh ngegombal receh!

Baiqlah, mari balik ke Dilan 1990.

Rasa penasaran gue sudah membuncah begitu liat trailernya, beberapa temen ada yang bergidik geli, jadi untuk menonton film ini gue memastikan harus memilih mitra menonton yang; sama alaynya ama gue dan memiliki selera receh untuk bahagia

Lelang mitra menonton pun semakin ketat, karena jadwal kerja dan tubuh yang padat, gue baru bisa menonton di atas jam 9 (itupun deg-degan gak sampe bioskop, LOL).

Hamdalah ada yang mao.

Masuklah kami ke bioskop. Kenapa ke bioskop? Karena kalau ke KUA aku maunya ama kamu, bukan sama dia (eyaaaaa lagiiii~~~).



Begitu duduk, layar terbuka lalu terpampang lah video greetings dari Iqbal Ramadhan si pemain Dilan.

“Hi kawan-kawan….”

Ehmm Bal, usia gue mungkin udah gak cocok jadi kawan loe.

“Terima kasih sudah datang menonton Dilan. Mohon maaf aku gak bisa nemenin kalian nonton dan berada di sana karena sedang menempuh pendidikan di Amerika..”

APA!!! Gue inget banget waktu dia kecil, dia satu-satunya artis cilik di zaman itu yang punya cita-cita jadi hafidz quran! Seperti yang tertera di sini

Lah dengan cita-citanya setinggi surga, gue pikir dia akan menimba ilmu ke Mesir atau negara Timur Tengah lainnya. Taunya ke Amerika. Lalu gue ungkapkan lah rasa penasaran gue ke temen gue.

“Kok malah ke Amerika, katanya mao jadi hafiz..”
dan dijawab selow oleh temen gue. “Ya mungkin dia masuk pesantren di Amerika.”

Okay, Ner Uga.

Gak apa-apa dek Iqbal, selama kamu masih meyimpan cita-cita itu sebagai mimpi masih bagus, kok. Mimpi itu kadang memang tak selalu harus atau bisa diwujudkan….(yelaaa)

Lanjut.

Film pun mulai diputar, kita dikenalkan dengan sosok Milea yang dimainkan Vanessa Priscilla. Gadis Jakarta yang pindah sekolah SMA ke Bandung.

Sewaktu Milea berjalan, tiba-tiba ada suara motor dari belakang yang perlahan mendekat. Ternyata itu Dilan.

“Hi, kamu Milea ya. Boleh gak aku meramal?”
“Meramal?”
“Iya aku ramal nanti kita akan bertemu di kantin?”

Milea pasti bingung dong, pasti dalam hati mikir ini anak Mama Loren apa gimana? Ketemu-ketemu minta ramal, emang kotak. Kotak Ramal! (AMAL, GUS!)

Habis itu, Dilan nawarin bonceng Milea, tapi tentunya ditolak lagi. Lalu Dilan kembali meramal. “Aku ramal suatu hari pasti kamu mau naik motor aku.”

courtesy Parodi Ojek Online 

Hmmm…mungkin Dilan punya insting kalo gede jadi tukang ojek onlen, Milea suatu saat pasti jadi penumpangnya. Semangat!


Sungguh pemirsa, ini baru gombalan receh tahap 1. Siapkan jantung kalian untuk menyimak gombalan super receh lainnya. Eee…tapi kalo buat kamu yang lagi mikirin aku, siapkan hati aja kalau suatu saat kita bertemu dan kamu terpana melihat senyum manisku.



(eyaaaa lagi)

Dilan tampak tak habis kata-kata maupun akal untuk merayu Milea. Bukan hanya digempur lewat bicara, tapi juga lewat surat-surat yang berisi kalimat yang bikin melayang perempuan.

Sewaktu PDKT, di dalam angkot Dilan berucap. “Milea kamu cantik. Tapi aku belum mencintaimu, gak tau kalau sore. Tunggu aja.”

Ya ALLOH DILAN…KAMU RABUN SENJA?? Kok bisa kuatir Milea sore hari bakal beda ama Milea pagi dan siang…

Sampai akhirnya besok pagi, Dilan titip surat ke temennya Milea dan berisi kalimat. “Pemberitahuan, sejak sore kemarin aku sudah mencintaimu- Dilan!”



AMSYONG TANTEHHH, DILANNN…..


Seumur-umur waktu gue sekolah dulu, sekalinya ada lelaki kirim surat atau kertas..begitu dibuka isinya cuma tulisan:

“14 , 21, 24, 25, 28, 30…”

Sungguh kode yang mulia, yang tidak diawali dengan pujian tapi cukup dengan kata. “Pstt….pstttt.”

Itu zaman sekolah, begitu udah kerja…sekalinya ada surat yang gue terima cuma surat tagihan kartu kredit. Sungguh kaku hiduppkuuuuu~~



Ada juga lelaki yang pernah kirimin gue surat, lengkap sama kuah, saos, bihun, dan toge. Dijadiin satu mangkok, itulah bakso surat. (URAT, GUS!)

Kata-kata romantis Dilan semakin menjadi. Ingin rasanya gue rekam terus jadiin RBT buat alarm pagi biar merasa ada yang sayang-sayang.

“Jangan pernah bilang ke aku ada yang menyakitimu, Milea. Karena nanti orang itu akan hilang.”

Beklah, untuk yang ini kita kudu paham karena latarnya tahun 1990-an, Bapaknya Dilan mungkin Petrus, yang suka nyulik-nyulikin orang.

Pamungkasnya, yang belakangan sering jadi meme tentunya adalah ucapan ini.

“Jangan rindu”
“Kenapa?
“Berat. Kau gak akan kuat, biar aku saja.”

DILAN!!! BERATAN MANA RINDU SAMA AKUHHHH???

INI JUGA RINDU, DILAN. RINDU AFI


Huhuhuhu kalo begini ku ingin Dilan jadi gadunku ajah.

“Jangan bayar.”
“Kenapa?”
“Itu berat. Kau gak akan kuat, biar aku saja.”

#Mileamatre

Dilan memang masih muda dan kurang ujian hidup. Beratan mana coba rindu dibanding tengah bulan…duit habis tapi pengen makan enak? Atau naksir orang, udah capek-capek dandan tapi yang ditaksir pas ketemu malah curhat soal perempuan lain.

Dialog-dialog di Dilan ini memang picisan, tapi picisan yang jenius a la Pidi Baiq. Picisan yang bikin perempuan geli sekaligus senang mendengarnya. Picisan receh yang memang kita perlukan di tengah hidup yang gersang.

30 menit pertama aja dialog-dialog di Dilan 1990 udah bikin semriwing, untung cuma 2 jam itu film, kalo lebih mungkin keluar bioskop para penonton jadi pujangga semua.

-----

Film ini sukses dari berbagai sisi.
Dari sisi pemain film, gue gak menyangka Iqbal bisa lihai memainkan Dilan. Mungkin gak sejago akting Reza Rahardian si aktor sejuta peran. Tapi cukup menghibur dan cocok.

Ada yang bilang Iqbal kekecilan buat jadi Dilan.

Pengen banget gue bilang…Hellowwww emang lu pada waktu SMA segede apah? Itu pas kalii…kan emang usia belasan tahun begitu perawakannya.

Inilah dampak akibat kebanyakan dijejelin sinetron dan film yang pemerannya lebih dewasa ketimbang peran yang dimainkan.

Awalnya lihat akting Iqbal mungkin agak terlalu janggal, apalagi Iqbal agak kurang menguasai logat sunda. Tapi….tatapan matanya membuat semua kekurangan itu sirnah. KAKAK SUKA IQBAL!



Dari sisi latar, 90an-nya pas banget! Mulai dari pilihan baju-bajunya, sampai kebiasaan anak jaman itu. Antri di telepon umum lah, gaya baju sekolah, dan hobi surat-suratan.

Sisi romantis dan gombalnya, JUARAK! 

Dilan itu sebenarnya ada di sekitar kita, masa lalu kita.

Jadi film ini wajib banget ditonton buat kalian-kalian yang butuh hiburan ringan dan keluar bioskop pengen bahagia. Buat kalian yang diam-diam juga pengen atau kangen digombalin.


Tapi peringatan aja, jangan nonton Dilan sendirian. 
Itu berat, ajak aku ajah.

Pokoknya nonton deh. Terus kalau nanti ada yang belom nonton, tapi udah komen macem-macem dan sok geli-geli gimana?






Tidak ada komentar: