Senin, 20 Februari 2017

Konser The Moffatts dan Fans Yang Mulai Menua

Bob and Clint Moffats The Moffats Farewell Tour in Jakarta 

Sekitar 18 tahun yang lalu, yup benar 18 tahun lalu, lagu “I’ll be there for you” merupakan salah satu lagu hits di kawula muda saat itu (ehem, maklum 90an).

Lagu ini dipopulerkan oleh grup band yang semula saya kira kembar empat-empatnya, tahunya yang kembar cuma tiga (tapi yang mukanya mirip cuma dua, bingung kan?) yakni The Moffatts. Band ABG asal Kanada , negeri yang dikenal dengan orang-orang ganteng dan baek hati lalu jadi perdana menteri, ini mampu mencuri hati penggemar remaja (dan baru beranjak remaja) wanita karena lagu-lagunya yang enak didengar dan personel bandnya yang enak dilihat.

Saya sendiri baru jatuh hati sama band ini ketika lagu “Miss You Like Crazy” mereka keluar, gak tahu kenapa di video klip mereka yang itu gantengnya pada maksimal. Saking sukanya, sampai dibela-belain nabung duit jajan buat beli kaset mereka. Waktu itu kebetulan masih SMP, jadi kalau sampai beli kaset sendiri itu udah prestasi luar biasa. Harga kaset biasanya kisaran Rp 18.000 sampai Rp 23.000, buat anak sekolah yang jajannya Rp 3000-an sehari, butuh 1 atau 2 minggu buat bisa beli kaset. Perjuangan!

Setelah kaset terbeli, hampir tiap hari itu album saya puter di radio tape SIMBA yang ada di rumah nenek. Anak jaman dulu pasti tahu SIMBA lah, Arman Maulana juga pasti tahu. Dilalah, suatu saat temen sekolah saya pengen pinjem, kebetulan doi rumahnya deket jadi saya pinjemin tanpa curiga. Terus, DIA GAK BALIKIN DONG! SAMPE SEKARANG! Tcih, dikira gue lupa apah.

Untung begitu beranjak dewasa saya jadi wanita karir (Uhuk!), jadi cukup mampu beli lagu digital dan kemungkinan dipinjem terus hilang pun semakin menipis, ibarat isi rekening di tengah bulan.
Lama tak terdengar, terus saya sudah mulai beralih ke musik-musik Korea, tiba-tiba jelang akhir tahun lalu ada berita bahwa The Moffatts bakal konser di Jakarta, Farewell Tour katanya. Sebagai orang yang pernah baper sama lagu-lagunya dan demi nostalgia masa kecil, wajib hukumnya untuk hadir di konser mereka.

Bersama kawan saya, Wilda, kami memutuskan untuk menonton konser di Hard Rock Cafe Jakarta tanggal 19 Februari 2017. Tadinya kami mau sok-sokan nonton yang di Bali, biar kelas menengah ngeheknya total abis. Tapi rencana ke Bali sulit direalisasikan karena Wilda yang single, harus mengalah dengan kawan duetnya yang bakal cuti melahirkan. Kalo Wilda cuti juga, kantor berita kapitalis asal Inggris tempat doi kerja gak ada pemasok berita energinya.

Bersiap nonton The Moffats 
Memasuki awal tahun, saya cuma inget bakal nonton konser The Moffats bulan Februari bareng Wilda. Masalah tanggal ? Wah lupanya kacrut, kayaknya saya ampe nanya berkali-kali ke Wilda kapan nonton The Moffats dan berkali-kali juga Wilda jawab sambil kudu cek tiketnya dulu (pelupa). Ingatan yang tak sekuat dulu, akhirnya membuat kami saling berjanji untuk mengingatkan kalo tanggal konser sudah dekat. Ketika orang-orang beriman saling mengingatkan dalam kebaikan, saya sama Wilda malah saling mengingatkan dalam urusan ke-duniawi-an. Sungguh tak berfaedah.



Pekan yang ditunggu tiba. Konser The Moffatts menjadi konser pertama yang saya hadiri di tahun 2017 sekaligus memecah rekor absennya saya dari dunia perkonseran selama dua tahun terakhir. WOW. Hal ini disebabkan karena idola saya lagi pada wajib militer dan ada juga yang bubar.
Dua tahun ga datang konser, rasanya saya tahu fisik saya tak akan sekuat dahulu. Sehingga, saya memutuskan untuk beristirahat total selama hari Sabtu. Ajakan untuk melakoni hidup konsumtif dari lima orang kawan pun saya tolak, demi stamina tubuh yang prima di hari H.

Biasanya, kalau menonton konser saya akan datang bisa 5 jam atau 6 jam lebih awal dan antri sampai lebih 3 jam berdiri (pun saya pernah antri tiket konser sampai 36 jam!) bakal saya lakoni demi spot yang oke. Tapi kali ini cukup dua jam sebelum pintu dibuka, itupun ternyata kecepetan :D

Saya dan Wilda datang jam 5.30 di Pacific Place untuk menukar tiket, karena gerbang baru dibuka jam 8 katanya, kami melipir dari antrian untuk sholat dan makan malam dulu di dalam mal. Gak kuat berdiri, biarlah dapat belakang-belakang asal kuat kami punya tulang.

Setiba kami di sana, jelas pengantri dan pengunjung konser didominasi oleh perempuan, dan jelas usianya di kisaran ; hampir 30, 30 puluhan, 30 puluh lebih, tak ada Ababil, ABG, Gen Y di konser ini.

Layaknya wanita 30an Ibu kota, udah bisa ditebak dong perempuan-perempuan gimana yang tampak di lokasi konser. Variasinya gak jauh dari ; ibu-ibu muda, pasangan penganten, wanita-wanita pekerja yang kelihatan mandiri dari luar tapi selalu sepi karena sendiri (hih!), pokoknya gitu deh.

Kebetulan di konser ini saya juga nonton bareng sama Zaskia Mecca. Tapi sayang dia gak kenal gue. Jadi emang cuma tontonan kita aja yang sama. Di sini juga saya ketemu sama temen SMP, ya elah banget kan, udah jelas emang ini band berjaya ketika kita-kita masih pake putih biru.

Uniknya penonton perempuan 30an ini baru berasa pas antrian. Kayaknya baru sekitar 45 menit itu antrian berjalan, udah pada ngeluh ; pegel, encok, pengen duduk, lama dibuka, dll. Ini kaga pernah saya jumpai kalo nonton konser Korea-Korea itu, ampun dah ABG ABG antri berjam-jam di bawah terik mentari pun nyengir nyengir aje. Ini di depan mal, malam, adem, tetap tak kuat berdiri lama.

Yang kelihatan lagi dari fans yang matang adalah dandanannya. Meskipun kebanyakan memilih busana casual, tapi dandannya tetap gak ketinggalan. Lipstick matte mendominasi warna pilihan para penonton malam itu, termasuk saya. Jelas sudah ini ciri para pekerja yang jadi korban tutorial Youtube dan pecandu situs belanja kosmetik onlen yang suka sering tergoda meng-klik saat senggang bekerja. Sementara untuk busana, warna-warna gelap dan hitam juga jadi pilihan. Karena di dalam kegelapan lah lemak-lemak hasil ngemil bakso beranak bisa tersembunyi.

Suasana di kotasantri  konser 


Selain dari penampilan, uniknya para penonton juga bisa terlihat dari budaya mengantri. Mereka lebih mudah diatur tapi rempong sama urusan pribadinya. Ada yang lagi antri ditelponin pasangan atau suaminya yang nanya konsernya udah mulai apa belom? Jadinya jemput jam berapa? Ditunggu di mana? Dll. Ada juga yang sambil video call ama anaknya di rumah, sambil nelpon rumah anaknya udah tidur atau makan apa belum? You will never see this in Kpop concert.

Ada juga yang sambil antri, suami dan anak-anaknya nunggu diluar antrian beserta stroller-strollernya. Begitu pintu dibuka, mamanya pamitan ama laki dan anak-anaknya kaya mau pamit Umroh. Disalamin atu-atu.

Meski begitu, teriakan wanita-wanita matang ini gak kalah sama ABG kalo pas konser. Suaranya kenceng abis, bedanya ...para penonton yang matang gak bisa diajak jingkrak-jingkrak. Soalnya, sewaktu The Moffats menyanyikan lagu “Crazy” dan “If Life is so Short” dan mengajak penonton untuk jumping, para emak-emak muda ini cuma anggukin pala ama geleng-geleng kepala aja kaya lagi tahlilan. Jadi dari kepala sampe pinggang goyang, kaki mah diam di tempat. Lelah.

Lagi salah juga sih Bob dan Clint cs, untuk ukuran perempuan 30an kudunya tuh bukan diajak jump around, tapi zumba atau downward dog, bakal nungging semua itu satu restoran.
Well, konsernya sendiri sangat sangat memuaskan untuk melepas rindu. Meski personelnya gak lenggap karena si Dave Moffats sedang merintis karir sebagai yogini seperti Anjasmara, kehadiran si kembar Bob dan Clint, serta Scott, udah bikin bahagia.

Dulu sewaktu remaja (uhuk), yang kita tahu kan vokalis utamanya itu si Dave sama Scott, tapi di konser saya ampun-ampunan ama suaranya Clint deh. Ya tuhan, bisa ga direkam buat jadi ringback tone (YAELA JAMAN KAPAN MASI PAKE RBT!).
Saat penggemarnya udah kece-kece pake gincu, si Clint ama Scott cuek wae pake lengan buntung. Begitu juga Bob yang kaosan biasa.

Sepanjag konser alhamdulillah banyak lagu-lagu lama yang dinyanyiin, kalo gak mati kutu sayah karena yang album-album barunya gak begitu ngikutin lagi. Mereka nyanyiin lagu-lagu macam ; I’ll Be There For You, Crazy, If Life Is So Short, Bang Bang Boom, Girl of My Dream, dan pamungkasnya ditutup dengan lagu paling baper ...Miss You Like Crazy. Sebaga bonus, mereka juga bawain lagu “When You Say Nothing At All” yang dipopulerkan oleh Ronan Keating, auch auch.

Serunya, pas bagian Say Nothing At All ini, penonton konsernya seakan terbagi dua suara. Ada suara satu dan suara dua, macam ansamble otomatis gitu :D , mungkin yang di belakang itu memang penyanyi penyanyi paduan suara yang sedang mencoba padukan hati dengan idola #tsah.

Muka puas habis nonton konser 

Thanks The Moffats untuk datang ke Indonesia dan membawa saya ke nostalgia masa lalu di mana saya sering menyanyikan lagu-lagu kalian bersama sahabat saya waktu itu.

We’ll Miss You Like Crazy.

Tidak ada komentar: