Kamis, 21 Desember 2017

Karena Jonghyun Bukan Sekedar Idola Plastik





“Noona, you’re so pretty.”

Begitu arti salah satu penggalan lirik untuk lagu debut SHINee pada pertengahan 2008, sembilan tahun lalu. Penggalan dari lagu pertama mereka dengan judul “Replay”.

Noona itu kira-kira artinya sama kayak Teteh, Cece, atau Mbak di Indonesia. Jadi kalau di-Indonesiakan lirik itu artinya kira-kira begini ; “Mbake ayu tenan” , “Teteuh meni geulis euy”

Lagu sembilan tahun lalu dan membuat dengkul embak embak macam gue lemes begitu mendengarnya. Jatuh cinta di lagu pertama, lalu mendengar lagu-lagu berikutnya mulai dari Ring Ding Dong yang berlirik aneh, Lucifer, Dream Girl, Stand By Me, Sherlock, Hello, dan lainnya.

Dari lagu lalu beralih ke reality show dari yang mereka masih imut-imut tapi harus jaga bayi di Hello Baby, sampai mereka bertransformasi jadi pria – pria maskulin dan kompetitif di Running Man. Kalau kata kami, dari Taemin sampe jadi TaeMAN.

Sembilan tahun lamanya, ada kalanya kami sibuk dengan pekerjaan, sekolah, kampus, atau bahkan rumah tangga. Sampai gue sendiri bahkan gak aware dengan album-album terakhir SHINee dan lebih banyak melihat kegiatan solo mereka.

Perjalanan sembilan tahun yang mulai dari level tergila-gila sampai agak abai dengan boyband ini. Sampai kami membaca kabar yang sulit dipercaya tentang meninggalnya vokalis utama boyband yang punya kontribusi menyebarkan virus Kpop ke dunia ini. Jonghyun dikabarkan meninggal karena bunuh diri.

Tadinya sih gue sok strong, meski ngelihat para pelayat-pelayat di rumah duka pengen mewek juga. Sampai akhirnya tadi baca surat dari Key untuk Jonghyun, lalu aku mewek sampe mbrebes mili….

Pertanyaan dan pernyataan orang rata-rata hampir sama pas gue bilang gue sedih banget. “Alay lo, Gus!” “Kok bisa sih sesedih gitu?”

Jawaban gue, ya bisalah sedih gimanapun kan gue belom terbuat atau dikutuk jadi batu, jadi pasti sedih lah. Soal alay tadinya gue mau cuek aja, apalagi ngelihat di twitter atau bahkan acara tv juga ada yang ikut mengejek-ejek kematian Jonghyun.

Gue bener-bener tadinya mao cuek-cuek ajah, sampai ada postingan yang intinya berkata Jonghyun cuma satu plastik yang ditangisi berlebihan. Lalu ada korban-korban kejahatan kemanusiaan laen yang mestinya gue tangisi.

Halo, Mas-nya sehat?
Gue cuma mao kasih tahu aja, rasa sedih atau duka itu bukan buat dibanding-bandingkan. Tentu aja rasa duka gue ini gak bisa dibandingin rasa duka ketika melihat korban perang Palestina atau bahkan Rohingya.

Buat siapapun yang banding-bandingkan soal kesedihan seseorang. Gue cuma mau kasih tahu, sedih itu soal kala bukan soal skala. Sama seperti bahagia, dan perasaan lainnya.



Kesedihan gue habis lihat teman kecopetan pasti beda dengan kesedihan gue ketika ngelihat kawan gue terbaring sakit. Sama-sama sedih, tapi masalahnya bukan sedihan yang mana. Masalahnya adalah ketika gue melihat orang yang dekat di hati gue terkena musibah, sudah sewajarnya jika waktu itu hati gue bersedih.

Inilah yang kami alami ketika mendengar Jonghyun pergi, bukan berarti kami lupa dengan yang lainnya tapi kami bersedih karena tanpa disadari Jonghyun ini orang asing tapi punya ruang di hati kami dan saat mendengar kabar kepergiannya, pastilah kami bersedih. 

Gimana bisa sih orang yang jauh di sana ditangisin? Sementara dia sadar kehadiran elu aja enggak, lebay gak?

Karena soal perasaan, sekali lagi, itu soal kala atau soal waktu. Berprofesi sebagai penghibur, Jonghyun menghibur banyak orang dengan suaranya atau aktingnya. Mungkin aja kan suaranya itu menjadi penghibur bagi orang yang saat itu sedang jenuh atau bete banget dalam menjalani harinya.

Buat gue, ketika bicara soal Jonghyun bukan bicara sekedar artis yang ada jauh di sana aja. Tapi gue teringat tentang momen-momen gue non-stop karaoke lagu-lagu Shinee bersama kawan-kawan gue, atau ketika kawan-kawan gue mencoba dengan konyolnya tarian ala ring ding dong di sela-sela bekerja, atau bahkan pengalaman ketika gue mengejar-ngejar atau berhimpit-himpitan saat menonton konsernya.

Memori gue melayang ke ratusan pagi yang gue awali dengan alarm dari lagu Ring Ding Dong. Terbang ke momen di mana gue menjalin komunikasi erat lagi dengan kawan-kawan dari SMP karena hobi serupa, lalu berjanji temu untuk sekedar menyalin downloadan reality show SHINee.

Momen deg-degan ketika udah pesan album tapi gak sampai-sampai karena ditahan bea cukai dan bokek mendadag karena kena denda tambahan. Momen di mana nonton konser bareng kawan-kawan dan ketawa bareng. Momen di mana gue bertemu dengan sejumlah kawan baru yang diantaranya malah jadi sahabat dekat dan tempat curhat.

Memorinya tidak melulu soal Jonghyun sendiri, tapi memori lain yang berawal dari seorang Jonghyun dan menjadi kenangan sampai sekarang. Ini yang bikin kami bersedih.

Masalah idola kami plastik atau enggak itu gue bodo amat sih, ya buat gue sih justru hasil operasi plastiknya yang bikin mereka cakep kan. Gue sih gak munafik ya, ya kalo mao bahagia liat yang jelek-jelek doang mendingan gue ngaca aja gak usah capek-capek nonton konser Korea.

Masalah soal kegilaan fans yang buang duit demi idola tapi lupa beramal baek. CUY! Kalian gak tahu aja dunia fangirl kan? Kita berbuat baek mah diem-diem aja. Sekarang deh kalian liat dalam sehari bisa kekumpul berapa buat Palestina kalo fangirl ini bergerak.

Sebelumnya, para fans ini bahkan ada yang patungan bikin sekolah di Afrika. Sumbangan  di bencana bencana besar dunia, cuma you semua gak tahu aja, terus sumbangan kita gak diumumin di tv aja. Gak perlu.

Jadi sekali lagi, kalau kami berduka, ini memang waktunya kami untuk berduka. Gak usah dicela-cela atau hina dengan terlalu (ya kalo gue sih cuek aja). Karena buat kami kehilangan Jonghyun ini bukan sekedar kehilangan satu plastik.

Kehilangan Jonghyun itu adalah kehilangan satu orang yang terhubung dengan puluhan atau bahkan ratusan memori yang ada di hidup kami.

Selamat jalan, Jonghyun, you did well!

(lalu balik nangis mewek)




1 komentar:

Anonim mengatakan...

Saya sangat stuju dengan tulisan mbak. bener2 yang saya rasakan. bukan masalah skala, tapi kala, dan momen-momen yang terjadi selama bertahun2 itu. jujurnya saya juga dapat byk temen deket dan curhatan gara2 dunia fandom, dan SHINee serta jonghyun kontribusi untuk hal itu. Airmata yang turun juga mungkin krn saya sadar klo mrk ber5 sdh masuk ke hati saya dan dengerin musik dan saat ngeliat mrk having fun bersama memang cukup membantu saya saat2 menghadapi waktu terberat saya. Terima kasih buat tulisannya mba. Dan satu hal yg saya pelajari dari surat terakhir jonghyun, menghargai teman dan orang lain saat mrk sudah berusaha sangat penting, dan mau melihat mereka seperti adanya mereka, bukan seperti yang kita mau lihat. You did well,Jonghyun.