“Noona, you’re so pretty.”
Begitu arti salah satu penggalan lirik untuk lagu debut
SHINee pada pertengahan 2008, sembilan tahun lalu. Penggalan dari lagu pertama
mereka dengan judul “Replay”.
Noona itu kira-kira artinya sama kayak Teteh, Cece, atau
Mbak di Indonesia. Jadi kalau di-Indonesiakan lirik itu artinya kira-kira
begini ; “Mbake ayu tenan” , “Teteuh meni geulis euy”
Lagu sembilan tahun lalu dan membuat dengkul embak embak
macam gue lemes begitu mendengarnya. Jatuh cinta di lagu pertama, lalu
mendengar lagu-lagu berikutnya mulai dari Ring Ding Dong yang berlirik aneh,
Lucifer, Dream Girl, Stand By Me, Sherlock, Hello, dan lainnya.
Dari lagu lalu beralih ke reality show dari yang mereka
masih imut-imut tapi harus jaga bayi di Hello Baby, sampai mereka
bertransformasi jadi pria – pria maskulin dan kompetitif di Running Man. Kalau
kata kami, dari Taemin sampe jadi TaeMAN.
Sembilan tahun lamanya, ada kalanya kami sibuk dengan
pekerjaan, sekolah, kampus, atau bahkan rumah tangga. Sampai gue sendiri bahkan
gak aware dengan album-album terakhir SHINee dan lebih banyak melihat kegiatan solo mereka.
Perjalanan sembilan tahun yang mulai dari level tergila-gila
sampai agak abai dengan boyband ini. Sampai kami membaca kabar yang sulit
dipercaya tentang meninggalnya vokalis utama boyband yang punya kontribusi
menyebarkan virus Kpop ke dunia ini. Jonghyun dikabarkan meninggal karena bunuh
diri.
Tadinya sih gue sok strong, meski ngelihat para
pelayat-pelayat di rumah duka pengen mewek juga. Sampai akhirnya tadi baca
surat dari Key untuk Jonghyun, lalu aku mewek sampe mbrebes mili….
Pertanyaan dan pernyataan orang rata-rata hampir sama pas
gue bilang gue sedih banget. “Alay lo, Gus!” “Kok bisa sih sesedih gitu?”
Jawaban gue, ya bisalah sedih gimanapun kan gue belom
terbuat atau dikutuk jadi batu, jadi pasti sedih lah. Soal alay tadinya gue mau
cuek aja, apalagi ngelihat di twitter atau bahkan acara tv juga ada yang ikut
mengejek-ejek kematian Jonghyun.
Gue bener-bener tadinya mao cuek-cuek ajah, sampai ada
postingan yang intinya berkata Jonghyun cuma satu plastik yang ditangisi
berlebihan. Lalu ada korban-korban kejahatan kemanusiaan laen yang mestinya gue
tangisi.
Halo, Mas-nya sehat?
Gue cuma mao kasih tahu aja, rasa sedih atau duka itu bukan
buat dibanding-bandingkan. Tentu aja rasa duka gue ini gak bisa dibandingin
rasa duka ketika melihat korban perang Palestina atau bahkan Rohingya.
Buat siapapun yang banding-bandingkan soal kesedihan seseorang.
Gue cuma mau kasih tahu, sedih itu soal kala bukan soal skala. Sama seperti
bahagia, dan perasaan lainnya.
Kesedihan gue habis lihat teman kecopetan pasti beda dengan
kesedihan gue ketika ngelihat kawan gue terbaring sakit. Sama-sama sedih, tapi
masalahnya bukan sedihan yang mana. Masalahnya adalah ketika gue melihat orang
yang dekat di hati gue terkena musibah, sudah sewajarnya jika waktu itu hati
gue bersedih.
Inilah yang kami alami ketika mendengar Jonghyun pergi,
bukan berarti kami lupa dengan yang lainnya tapi kami bersedih karena tanpa
disadari Jonghyun ini orang asing tapi punya ruang di hati kami dan saat mendengar kabar kepergiannya, pastilah kami bersedih.
Gimana bisa sih orang yang jauh di sana ditangisin?
Sementara dia sadar kehadiran elu aja enggak, lebay gak?
Karena soal perasaan, sekali lagi, itu soal kala atau soal
waktu. Berprofesi sebagai penghibur, Jonghyun menghibur banyak orang dengan
suaranya atau aktingnya. Mungkin aja kan suaranya itu menjadi penghibur bagi
orang yang saat itu sedang jenuh atau bete banget dalam menjalani harinya.
Buat gue, ketika bicara soal Jonghyun bukan bicara sekedar
artis yang ada jauh di sana aja. Tapi gue teringat tentang momen-momen gue
non-stop karaoke lagu-lagu Shinee bersama kawan-kawan gue, atau ketika
kawan-kawan gue mencoba dengan konyolnya tarian ala ring ding dong di sela-sela
bekerja, atau bahkan pengalaman ketika gue mengejar-ngejar atau
berhimpit-himpitan saat menonton konsernya.
Memori gue melayang ke ratusan pagi yang gue awali dengan
alarm dari lagu Ring Ding Dong. Terbang ke momen di mana gue menjalin
komunikasi erat lagi dengan kawan-kawan dari SMP karena hobi serupa, lalu
berjanji temu untuk sekedar menyalin downloadan reality show SHINee.
Momen deg-degan ketika udah pesan album tapi gak
sampai-sampai karena ditahan bea cukai dan bokek mendadag karena kena denda
tambahan. Momen di mana nonton konser bareng kawan-kawan dan ketawa bareng.
Momen di mana gue bertemu dengan sejumlah kawan baru yang diantaranya malah
jadi sahabat dekat dan tempat curhat.
Memorinya tidak melulu soal Jonghyun sendiri, tapi memori
lain yang berawal dari seorang Jonghyun dan menjadi kenangan sampai sekarang. Ini
yang bikin kami bersedih.
Masalah idola kami plastik atau enggak itu gue bodo amat
sih, ya buat gue sih justru hasil operasi plastiknya yang bikin mereka cakep
kan. Gue sih gak munafik ya, ya kalo mao bahagia liat yang jelek-jelek doang
mendingan gue ngaca aja gak usah capek-capek nonton konser Korea.
Masalah soal kegilaan fans yang buang duit demi idola tapi
lupa beramal baek. CUY! Kalian gak tahu aja dunia fangirl kan? Kita berbuat
baek mah diem-diem aja. Sekarang deh kalian liat dalam sehari bisa kekumpul
berapa buat Palestina kalo fangirl ini bergerak.
Sebelumnya, para fans ini bahkan ada yang patungan bikin
sekolah di Afrika. Sumbangan di bencana bencana besar dunia, cuma you
semua gak tahu aja, terus sumbangan kita gak diumumin di tv aja. Gak perlu.
Jadi sekali lagi, kalau kami berduka, ini memang waktunya kami untuk berduka. Gak usah dicela-cela atau hina dengan terlalu (ya kalo gue sih
cuek aja). Karena buat kami kehilangan Jonghyun ini bukan sekedar kehilangan
satu plastik.
Kehilangan Jonghyun itu adalah kehilangan satu orang
yang terhubung dengan puluhan atau bahkan ratusan memori yang ada di hidup
kami.
Selamat jalan, Jonghyun, you did well!
(lalu balik nangis mewek)
1 komentar:
Saya sangat stuju dengan tulisan mbak. bener2 yang saya rasakan. bukan masalah skala, tapi kala, dan momen-momen yang terjadi selama bertahun2 itu. jujurnya saya juga dapat byk temen deket dan curhatan gara2 dunia fandom, dan SHINee serta jonghyun kontribusi untuk hal itu. Airmata yang turun juga mungkin krn saya sadar klo mrk ber5 sdh masuk ke hati saya dan dengerin musik dan saat ngeliat mrk having fun bersama memang cukup membantu saya saat2 menghadapi waktu terberat saya. Terima kasih buat tulisannya mba. Dan satu hal yg saya pelajari dari surat terakhir jonghyun, menghargai teman dan orang lain saat mrk sudah berusaha sangat penting, dan mau melihat mereka seperti adanya mereka, bukan seperti yang kita mau lihat. You did well,Jonghyun.
Posting Komentar