Kamis, 30 Januari 2014

Empat Tahun

Setelah sepekan lebih cuma tidur-tiduran aja dan beneran tiduran akibat terkapar di rumah sakit. Akhirnya, hari ini saya kembali bekerja. Masih agak gagap info *padahal cuma gak update seminggu aja* dan masih penyesuaian diri untuk kembali meramu kata-kata.

Sepulang kerja, saya ngobrol-ngobrol sama kawan saya Sutji. Kami saling cerita soal hidup dan pekerjaan, yang tanpa terasa sudah dijalani genap selama 4 tahun di bulan ini. Empat tahun menjadi wartawan, dan loyal pada sebuah perusahaan. We Owe Be Ge Te pake tanda seru.

Jadi wartawan sebenarnya bukan cita-cita saya, well ya...cita-cita saya kan jadi Ibu RW hahahaaha *impian yang terlalu domestik*. Menjalani profesi ini bukan sebuah pilihan, tapi sebuah jalan. Jalan yang ada di hadapan dan saya putuskan untuk menelusurinya.

Saya gak muluk-muluk, memang pada akhirnya saya akui saya terjebak di jalan ini. Apa awalnya dari cinta ? Lebih tepatnya karena penasaran, saya suka menulis, saya coba tantangannya, lalu saya jadi terlalu sering menulis tapi jarang berimajinasi lagi.

Sudah empat tahun, apa sudah sampai di ujung jalan ? Belum
Apa kesasar di jalan ini ? tidak tahu
Apa mau memutuskan untuk maju terus atau mundur atau bahkan cari persimpangan jalan yang lain ? Sedang ditimbang-timbang.

Selama berada di jalan ini, apakah hidup saya jadi lebih baik atau lebih buruk ? Keduanya. Pekerjaan ini sangat istimewa, melahirkan rasa benci sekaligus cinta. Empat tahun ini, saya rasa tidak ada yang perlu disesalkan.

Hanya saja, secinta apapun saya pada sesuatu di dunia ini. Saya lebih cinta pada diri saya sendiri. Well hey, I'm a Leo!!

Jadi, terima kasih atas empat tahun yang disediakan. Apakah akan ada tahun kelima atau malah bakal ada hari pertama untuk sesuatu. Wallohualam Bis Showab. Manusia punya keinginan, Tuhan yang putuskan.

Minggu, 19 Januari 2014

Melihat dari Jauh

Puisi ini buat seorang sahabat, yang peringatan hari lahirnya selalu diiringi hujan lebat
Sahabat, yang suatu hari bakal sibuk berat

Selamat Milad, semoga di usia yang baru makin bertambah rahmat nikmat dan rahmat

Melihat dari Jauh

Pernah aku bercerita padamu
Satu atau dua tahun lalu

Aku bilang, aku memimpikanmu
Tak percaya, dirimu pun tersipu
Aku bilang, benar, aku melihat sosokmu
Bukan yang kini, tapi bukan juga yang dulu

Aku tahu, dirimu penasaran
Aku pun melanjutkan
Menyampaikan bahwa aku melihatmu di masa depan

Kau duduk di sana
Berdasi sambil mengerutkan kepala
Mencoba jawab semua tanya
Membuat terang semua masalah

Aku pun tersenyum
Entah benar, entah salah
Tak paham duduk perkara
Cuma tahu, bahwa saat itu kau sosok istimewa

Aku tersenyum,
Entah di mana aku berada
Pikirku melayang, mengingat waktu ketika itu

Aku tersenyum,
Mengingat saat menuliskan ini untuk dirimu

Aku hanya bisa tersenyum
Sebab jika tiba saat itu
Aku sedang melihatmu dari jauh


Jakarta , Oktober 2013

Minggu, 05 Januari 2014

Merdeka Selatan

Merdeka Selatan



Awal tahun 2014 ini, sekali lagi saya merayakan kebersamaan dengan kawan-kawan yang hobi nongkrong di Merdeka Selatan. Entah sejak kapan, hubungan yang berawal dari teman liputan ini, perlahan menjadi semakin erat dan beranjak ke persahabatan.

Awal tahun ini, seperti biasa, kami mendoakan agar lifting 1 juta barel minyak per hari cepat tercapai *demi memperlancar niat saya untuk menuju pelaminan*. Semoga persahabatan kita tak lekang di makan zaman... kalau nanti kita sibuk sendiri-sendiri, jangan lupa tersenyum ketika lewat di Merdeka Selatan. Toh bagaimanapun juga, pernah ada kita dan sepotong kenangan di sana.



Sepotong Kenangan di Merdeka Selatan

Coba susuri Jalan Thamrin Sudirman
Dari sana, kau terus saja maju ke depan
Arahkan rodamu ke Merdeka Selatan
Dan simaklah apa yang akan kubacakan

Ada kalanya mereka datang sebagai pemula
Menyapa malu malu tapi banyak bertanya

Ada diantaraya sudah disana terlalu lama
Sampai menjadi kaya
Bahkan menjadi tua
Bolehlah kau sebut itu legenda

Mereka datang, duduk pulang
Oh mereka datang , duduk berjam-jam, lalu pulang
Mereka datang, menjalin hubungan, lalu pulang
Mereka datang, menjalin hubungan, berpisah, lalu pulang

Begitu saja,
Setiap hari
Setiap bulan
Setiap tahun
Sampai jadi kebiasaan

Mereka datang sendiri-sendiri bukan untuk menyendiri
Mereka datang sendiri sendiri lalu datang berbagi
Mereka datang sendiri sendiri, berbagi lalu bernyanyi
Mereka datang sendiri-sendiri dan menjelma jadi 'kami'

Jika suatu saat kami ini tiada
Atau perlahan pikir mulai lupa

Biar hati saja yang arahkan
Jalan terus ke merdeka selatan
Dan temukan sepotong kenangan

@goestyong, Jakarta 2 november